Apt. Kiki Mulkiya, M.Si. sebagai pemandu pada sesi praktik ini menuturkan bahwa limbah organik yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ecoenzyme adalah berbagai limbah sisa rumah tangga maupun pertanian, seperti kulit jeruk, kulit pisang, kulit semangka dan buah-buahan lainnya.
“Selain itu juga potongan sayuran, seperti wortel, batang brokoli, batang kangkung dan lainnya yang masih dalam kondisi segar maupun layu namun tidak busuk yang kemudian difermentasi dengan menambahkan gula aren dengan sejumlah air bersih,” jelasnya.
“Peralatan yang digunakan pun relatif sederhana, cukup menggunakan peralatan yang ada dirumah seperti toples. Eco-enzyme yang dihasilkan nantinya akan berwarna coklat, tidak berbau got, namun baunya segar, jika menggunakan kulit jeruk maka baunya akan seperti jeruk, dan tidak berlendir,” tuturnya.
Baca Juga: Bahas Wakaf, FEB Unisba Gelar Seminar Internasional
PKM ini dilaksanakan dalam 2 sesi yaitu sesi sosialisasi pengolahan limbah organik menjadi eco-enzyme dan sesi pelatihan pembuatan eco-enzyme. Dr. apt. Dina Mulyanti, M.Si, sebagai salah satu pemateri menuturkan bahwa produk ecoenzyme yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan rumah tangga maupun pertanian.
“Cairan eco-enzyme ini dapat digunakan untuk pembersih lantai, campuran sabun cuci piring, penyembuh luka, juga dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk organik, selain itu jika beruntung di akhir waktu fermentasi dapat diperoleh mama enzyme yaitu berupa jamur pitera. Jamur jenis ini juga sudah banyak dimanfaatkan pada industri kosmetik,” tuturnya.
