RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat (Jabar) menggelar acara Dialog Pariwisata dengan tema ‘Bangkitkan Kembali Pariwisata Jawa Barat’.
Kegiatan ini dihadiri perwakilan Disparbud Kota Bandung dan Jabar, Ketua Kadin Jabar, Ketua GIPI Jabar dan Pengurus Inti PHRI Jabar, Ketua PHRI Garut, Ketua Tim Direct Promotion, Angkasa Pura Husen Sastranegara Bandung dan sejumlah tokoh pariwisata Jabar.
Dalam dialog itu, Ketua PHRI Jabar Herman Muchtar mengatakan, para pelaku pariwisata di Jabar berkeinginan untuk mengembalikan kejayaaan pariwisata Jabar yang sempat terpuruk karena terdampak Pandemi Covid-19. Namun upaya mengembalikan kejayaan pariwisata Jabar tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kendati pada awal Mei 2023 Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan bahwa Pandemi Covid sudah berakhir dan pemerintah Indonesia mencabut PPKM, namun sektor pariwisata Jabar belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
“Sebagai contoh, sejak musim libur Idul Fitri 2023 lalu, kita belum berhasil mencapai target 80 persen, masih jauh dari target. Tahun 2022 kemarin tingkat okupansi Jabar mencapai 62 persen, tahun ini (2023) okupansinya masih 62,5 persen, kondisi yang terjadi saat ini, wisatawan dari luar negeri maupun nusantara mulai banyak, namun kebanyakan tujuan wisata mereka ke Jakarta, Semarang atau Surabaya,” ujar Herman kepada awak media di Hotel Grand Tebu, Kota Bandung, Jumat (19/05).
“Kota Bandung sendiri malah terlewat. Nah, ini jadi pekerjaan rumah kita semua. Ini yang harus kita perbaiki bersama dengan mitra kerja maupun pemerintah daerah tentunya,” sambungnya.
Menurut Herman, jika menunggu pemerintah daerah bergerak memang riskan karena Pemda sendiri anggarannya terbatas sehingga mau tidak mau PHRI harus bergerak sendiri melakukan jemput bola dalam upaya mempromosikan pariwisata Jabar ke seluruh daerah di Indonesia, termasuk ke luar negeri.
Sekadar catatan, lanjut Herman, BPD PHRI Jabar melakukan program direct promotion ke berbagai kota besar di Indonesia dan luar negeri seperti Jogjakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Lampung, Palembang, Padang, Medan, Pekan Baru, Makassar, Pontianak, Jakarta, Kuala Lumpur, Johor dan Singapura.
Soal strategi PHRI Jabar untuk menarik calon wisatawan berkunjung ke Jabar, Herman berharap segenap anggota PHRI Jabar berbenah dan bersiap diri menghadapi masa pemulihan ekonomi. Terlebih dengan mulai beroperasinya Bandara Kertajati, Tol Cisumdawu dan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) rute Jakarta-Bandung (PP).
“Kita harus menyampaikan kepada calon wisatawan bahwa banyak destinasi wisata baru di Jabar dan Jabar sudah memiliki Bandara Kertajati serta Husein Sastranegara. Kita harus dorong pihak Bandara Kertajati untuk melakukan promosi bahwa penerbangan ke Bandara Kertajati sudah dimulai,” beber Herman.
Khusus Bandara Husein Sastranegara, kata Herman, saat ini sudah dikondisikan ada penerbangan dari Bandara Husein ke Padang, Pekan Baru dan Palembang.
“Nah kalau penerbangan untuk tiga kota ini sudah berkembang maka penerbangan ke Sumatera sudah terbuka lebar. Kita harapkan ada peningkatan kunjungan wisata ke Jabar. Yang perlu kita persiapkan lagi, kalau Tol Cisumdawu dan Kereta cepat Bandung-Jakarta sudah selesai, ini kan harus ada kesiapan kita, tidak bisa sekonyong-konyong. Bagaimana hotelnya, targetnya apa, itu harus dipikirkan bersama,” jelas Herman.
Herman menyadari upaya meningkatkan sektor pariwisata di Jabar perlu adanya kolaborasi antara pelaku usaha sektor pariwisata khususnya hotel dan restoran dengan pemerintah maupun instansi terkait selaku pemangku kebijakan.
“Saya melihat kolaborasi belum jalan, kita masih jalan sendiri-sendiri, kita berharap kalau pemerintah daerah sudah punya anggaran, dapat merancang program yang dapat dilakukan bersama-sama demi peningkatan pariwisata di Jabar. Seperti halnya Jaswita Jabar, sebagai BUMD yang punya potensi besar, kita dukung dan bantu juga,” tandas Herman. (nto)