RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Lulusan sekolah tinggi musik dituntut untuk terus berkreativitas. Pasalnya dunia industri musik terus berkembang.
Hal itu dikatakan Ketua Senat STiMB, Buky Wibawa seusai wisuda ke delapan Sekolah Tinggi Musik Bandung (STiMB), sekaligus Dies Natalis ke-22, Rabu (18/10/2023) di Hotel Prime Park, Kota Bandung. Sebanyak 60 orang mengikuti wisuda tersebut.
Keuntungan dari perkembangan industri, katanya, keleluasaan pemasaran karya musik yang tidak terbatas. Di tengah persaingan yang semakin ketat, tentu dibutuhkan kemampuan kreativitas yang mumpuni.
“Era digital saat ini, satu kata kunci yang harus diingat adalah konsistensi. Jika tidak konsisten dalam berkarya, dipastikan sulit mencapai kesuksesan, baik popularitas maupun kesuksesan secara ekonomi,” ujarnya.
Buky mengakui, jumlah sarjana musik di Indonesia masih terbilang sedikit dibandingkan dengan sarjana dari jurusan atau ilmu lainnya. Hal tersebut kaitan erat dengan adanya prasyarat yang melekat, yakni bakat musikal yang memang tak akan ada artinya jika tidak dibarengi ketekunan berlatih.
“Dunia industri musik sekarang terus berkembang seiring kemajuan teknologi yang terus melaju. Tantangan musisi saat ini tidak bisa lagi hanya mengandalkan bakat semata, melainkan perlu ditunjang oleh pengetahuan-pengetahuan lain, sehingga mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan di ranah industri musik yang sudah serba digital,” katanya.
Industri musik, lanjutnya, menuntut untuk mengasah sense of business, selain harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kekayaan intelektual yang di dalamnya ada aspek Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industrial, antara lain seperti Merk, Desain, Paten, dan sebagainya.
Saat ini, kata dia, STiMB di bawah pengelolaan Yayasan Taruna Bhakti, sedang meredefinisi menjadi kampus musik berbasis digital. Jadi, lulusannya pun akan diarahkan menjadi sarjana sarjana musik yang menguasai pengkaryaan dan pemasaran berbasis digital.
“Memang tidak semua sarjana musik bisa menjadi artis. Tetapi, sarjana lulusan Sekolah Tinggi Musik Bandung sudah tahu prinsip diversification is the key,” katanya.
Salah seorang wisudawan, Muhammad Rafi Hermansyah (27) dari jurusan (mayor) Gitar Elektrik, mengatakan awalnya dia mengambil D3 selama tiga tahun, kemudian melanjutkan ke jenjang S1.
“Kesan berkuliah di STiMB ini seru, bisa tahu banyak hal tentang musik yang enggak hanya praktek, tapi teori juga. Kami mendapat ilmu mengenai teknologi zaman sekarang yang mumpuni yang bisa mendukung bakat musik, sehingga dapat membuat karya lebih bebas dan mudah,” ujarnya.
Rafi pun mengaku susah berkuliah di STiMB ini. Namun, karena telah menjad passion, maka mau tak mau sesusah apapun mesti dilalui dan dijalani. Dengan keterbatasan yang dia miliki, dia pun akhirnya berhasil lulus dalam bidang yang dia sukai.
“Kepada orang-orang yang punya keterbatasan seperti saya, believe on your dream (percaya pada mimpimu). Carilah support system yang baik supaya mimpimu bisa terwujud sempurna. Karena itu penting. Dan, support system saya itu keluarga juga teman-teman,” katanya. (pra)