RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Sejumlah perwakilan orang tua yang tergabung dalam Komunitas Tong Bully menyampaikan aspirasi kepada DPRD Kota Bandung, Selasa (21/5/2024).
Aspirasi yang disampaikan berupa kekhawatiran ihwal maraknya kasus bullying yang terjadi, khususnya di kalangan pelajar.
Perwakilan Komunitas Tong Bully, Rinaldi Fauzi mengungkapkan, gerakan anti bully ini muncul dari keresahan para orang tua terhadap maraknya kasus bullying. Apalagi dengan sejumlah kejadian perundungan yang marak di Kota Bandung akhir-akhir ini.
“Kami orang tua merasa khawatir akan bullying yang menimpa anak-anak, sehingga muncul gerakan Tong Bully ini sebagai wadah dimana kasus perundungan ini harus ada pencegahan,” ujar Rinaldi.
Menurutnya, kasus Bullying sudah sangat meresahkan dan memuat orang tua sangat tidak nyaman. Bahkan gegara kasus ini sudah banyak menimbulkan korban. Meskipun sudah ada langkah-langkah dari pemerintah melalui sejumlah program, akan tetapi hal itu belum menyeluruh sepenuhnya.
“Yang sekarang ketahuan hanya kasus yang tidak terekspos saja, kami yakin masih ada dan banyak kasus perundungan yang belum terekspos,” jelasnya.
Selama 2023-2024 setidaknya ada beberapa kasus bullying yang terekspos diantaranya pada Juni 2023 kasus terjadi di Cicendo mulai dari bully fisik hingga ancaman pembunuhan yang menimpa anak SMP.
Baca Juga: Plh Sekda Kota Bandung, Hikmat Ginanjar Harap PPDB Bisa Turut Sinkronkan Data
Kemudian September 2023, terjadi lagi kasus bully yang menimpa siswa SMP, dimana korbannya dipukuli dan terjadi lagi disalah satu SMP di Kota Bandung dimana siswa dipakaikan helm kemudian dipukul, ditendang dan didorong. Kemudian pada April 2024, korbannya anak SMP sampai meninggal usai dipukul.
“Ini di luar logika. Miris anak SMP sudah melakukan itu. Dari contoh kasus ini jadi perhatian bersama,” terangnya.
Rinaldi menegaskan, terkait aspirasi yang disampaikan ihwal kekhawatiran atas maraknya kasus bullying yang banyak terjadi, khususnya di lingkungan sekolah tak lebih demi menyelamatkan masa depan anak-anak generasi bangsa.
“Jika mental anak-anak kita sejak dini sudah terkontaminasi bully secara fisik hingga pengancaman, bagaimana nasib masa depan anak-anak,” imbuhnya.
Baca Juga: PN Bandung Lakukan Sita Eksekusi Logo BB1%MC
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Mohamad Firaldi Akbar mengapresiasi atas masukan dan gerakan komunitas Tong Bully yang konsen serta perhatian atas maraknya kasus perundungan dimana bisa berakibat negatif pada mental generasi anak bangsa, baik dari sisi korban atau pelaku.
“Kontrol sosial yang kuat terhadap aksi bullying diperlukan, tapi bukan berarti kita juga diam tapi melakukan pendampingan bagi pelaku atau korban. Saya berharap Tong Bully jadi kontrol sosial yang kuat lewat gerakan-gerakan yang akan dilakukan,” paparnya.
Firaldi menambahkan, aksi bullying ini harus ada kontrol sosial yang keras. Karena bullying gak bisa dikontrol secara lemah. Pemerintah, kata dia, sudah membentuk Satgasus Anti Bullying, tapi ia juga mengakui ada keterbatasan dalam pelaksanaannya di lapangan.
“Aksi bullying dilakukan oleh orang yang kuat terhadap yang lemah. Makanya ini yang membuat beberapa pihak tidak leluasa bertindak. Saya akan dukung sepenuhnya, tapi saya juga titip nasib masa depan anak-anak Kota Bandung. Ini bisa diselesaikan kok, sekarang teman-teman semangat menjalankan program ini,” pungkasnya. (arh)