RADARBANDUNG.ID BANDUNG – Demo Peringatan Darurat RUU Pilkada yang berlangsung di Kantor DPRD, Jalan Diponegoro Kota Bandung Kamis 22 Agustus 2024 malam berakhir ricuh.

Suasana sekitar Kantor DPRD Jawa Barat gelap gulita usai PJU yang ada di depan gedung mati saat Polisi berusaha membubarkan massa aksi Peringatan Darurat RUU Pilkada, di Jalan Diponegoro Kota Bandung, Kamis 22 Agustus 2024. TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG
Ratusan massa aksi Peringatan Darurat RUU Pilkada yang datang dari berbagai penjuru Kota Bandung terlibat bentrok saat polisi mencoba membubarkan massa aksi pada pukul 18.00 WIB.
Awalnya polisi sempat memperingatkan massa Peringatan Darurat RUU Pilkada itu lewat pengeras suara untuk segera membubarkan diri.
Baca Juga :JNE Bandung Raih Penghargaan The Best Industry Marketing Champion 2024 Logistics Category
Namun bukannya mundur, massa justru mencoba makin merangsek ke arah Kantor Dewan.
Merespon hal itu, pada pukul 18.07 WIB, petugas kepolisian merespon dengan menembakkan air dari mobil penyembur air yang telah disiapkan di dalam Kantor DPRD Jabar.
Selain itu, pihak kepolisian pun terus memberi peringatan lewat pengeras suara kepada para demonstran untuk membubarkan diri.
Baca Juga :Milestone Sejarah Inklusi Keuangan di Indonesia, Jumlah AgenBRILink Tembus 1 Juta
Massa yang masih memadati Jalan Diponegoro pun terus mencoba merangsek ke arah dalam gedung.
Massa pun sempat melempar beberapa molotov ke arah polisi yang bersiap di dalam pagar sekira pukul 18.10 WIB sambil menyanyikan lagu-lagu penyemangat aksi seperti Darah Juang.
Setelahnya pada pukul 18.19 WIB pagar yang sedari siang terkunci akhinya jebol oleh massa.
Baca Juga :bank bjb Jalin Kerja Sama Pemanfaatan Program DPLK dengan Bank SulutGo
Massa yang berhasil membuka pintu sebagian besar masuk ke arah DPRD dan sebagian lainnya bertahan di depan gerbang.
Pada pukul 18.21 WIB lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang ada di depan Kantor DPRD tiba-tiba mati dan membuat sebagian massa aksi lari ke arah pertigaan Jalan Cilamaya dan Jalan Trunojoyo.
Selanjutnya, dari balik pagar gedung DPR Polisi mulai membentuk barikade di depan pagar yang direspon oleh lemparan massa aksi.
Menghadapi hal itu pihak kepolisian kembali menembakkan air ke arah demonstran untuk membubarkan kerumunan pada 18.26 WIB.
Tak mereda pada pukul 18.28, kondisi justru makin memanas, sejumlah massa yang tersulut emosi maju dan mencoba memukul mundur pihak kepolisian.
Di sisi lain polisi pun coba merangsek maju untuk memukul mundur massa. Saat itu dari kerumunan banyak massa yang berteriak agar tim medis mengevakuasi massa aksi yang terluka.
Pada pukul 18.30 WIB lampu Penerang Jalan Umum (PJU) yang ada di depan kantor DPRD Jabar tiba-tiba dimatikan.
Tak berselang lama beberapa ledakan petasan terdengar ditembakkan petugas ke arah demonstran.
Sejurus kemudian terlihat beberapa gas air mata dilepaskan untuk memecah massa.
Massa yang panik pun kocar-kacir dan terbagi jadi dua kelompok besar yang menyelamatkan diri.
Kelompok pertama berlari ke arah Jalan Trunojoyo dan sebagian lainnya menuju Jalan Cilamaya.
Saat massa berlarian sempat terdengar kembali tembakan gas air mata yang diarahkan petugas ke arah massa yang ada di Jalan Cilamaya.
Saat itu massa aksi sempat meneriakkan yel-yel yang menyebut polisi pembunuh pada pukul 18.33 WIB.
Sementara itu di depan kantor DPRD Jabar, massa aksi telah berhasil dipukul mundur oleh pihak kepolisian.
Diketahui dalam pengamanan aksi kali ini, Kasi Humas Polrestabes Bandung AKP Nurindah, menyampaikan, sebanyak 471 petugas gabungan disiapkan untuk mengawal kondusivitas jalannya aksi.
471 personel Itu terdiri dari 256 personel Polrestabes Bandung, 1 Satuan Setara Kompi (SSK) Dalmas Polda Jawa Barat, 1 SSK PHH Brimob Polda Jabar, serta 1 Regu TNI Kodim 0618.
Di saat massa tengah dipukul mundur oleh pihak kepolisian, beberapa jurnalis yang mencoba merekam jalannya aksi pun turut mendapat intimidasi dari pihak aparat. Salah seorang wartawan, Jose (bukan nama sebenarnya) mengaku sempat diteriaki oleh beberapa oknum yang diduga intel kepolisian saat sedang beristirahat di dalam parkir mobil Gedung Sate.
“Iya tadi sempat lihat (wartawan) ada yang diteriakin, kirain ke arah saya, kebetulan saya enggak sendiri ada beberapa wartawan lain yang di situ,” kata Jose.
Dia menjelaskan berdasar apa yang didengarnya, ada seorang wartawan yang diteriaki dan diancam akan dibunuh oleh onkum tersebut.
“Kurang lebih saya dengar ada yang teriak apa mau ditembak gas air mata media rekam-rekam begitu,” ujarnya.
Tak cuma Jose, satu wartawan lain Joni (bukan nama sebenarnya) pun mengalami kejadian serupa. Dia mengaku sempat diancam akan ditembak oleh oknum tersebut lantaran mendokumentasikan pembubaran aksi massa sore ini.
“Kamu dari media ya apa kamu rekam-rekam? Apa mau ditembak gas air mata biar mati sekalian!” kata Joni meniru ucapan oknum tersebut. (rup)