RADARBANDUNG.ID, KABUPATEN BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat akan potensi bahaya paparan sinar ultraviolet (UV) yang tinggi selama musim kemarau tahun 2024.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, menyatakan bahwa puncak musim kemarau di Jawa Barat terjadi secara tidak merata karena adanya perbedaan zona musim (ZOM) di berbagai wilayah.
“Di Kabupaten Bandung, meskipun kondisi saat ini dikategorikan sebagai kemarau basah—di mana hujan masih sesekali turun—ancaman kekeringan tetap menjadi perhatian serius,” ujar dia, Rabu 28 Agustus 2024.
Baca Juga :Sepuluh Pelaku Curanmor Dibekuk Polres Cimahi, Berikut Rinciannya
Rahayu menjelaskan bahwa puncak kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, dengan intensitas bervariasi di setiap ZOM.
“ Akibat perbedaan ini, suhu udara juga bervariasi, dengan suhu maksimum pada Agustus berkisar antara 32,8 hingga 35,5 derajat Celsius,” ungkapnya.
- Akibat gangguan dinamika atmosfer skala regional
Fenomena kemarau basah tahun ini disebabkan oleh gangguan dinamika atmosfer skala regional yang meningkatkan pembentukan awan hujan di beberapa daerah.
Baca Juga :Siswa SD Ciparay Kab. Bandung Mendadak Heboh, Kok..Mobil Perpustakaan Keliling Kab. Bandung Ada TV
“Meskipun hujan masih mungkin turun, masyarakat tetap dianjurkan untuk menggunakan air secara bijaksana dan waspada terhadap potensi kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” ujarnya.
Selain itu, Rahayu menyoroti pentingnya perlindungan dari paparan sinar UV yang meningkat selama musim kemarau. Dia menyarankan agar masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan menggunakan pelindung seperti pakaian panjang dan pelembab kulit untuk mengurangi dampak negatif dari paparan sinar matahari langsung.
Baca Juga :Pilkada Bandung Barat, Gilang Dirga Siap Fasilitasi Generasi Muda KBB
“Kesadaran akan perubahan cuaca dan tindakan preventif terhadap risiko kesehatan sangat penting dalam menghadapi musim kemarau tahun ini,” tuturnya. (kus)