RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Perkembangan industri mobil listrik diyakini akan meningkat di tahun-tahun ke depan, seiring dengan perubahan kebiasaan, edukasi masyarakat, serta inovasi yang ditawarkan oleh produsen. Infrastruktur pendukung juga akan tumbuh beriringan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional tercatat sebanyak 2.335 unit pada Januari 2024. Angka ini, secara year on year (YoY) sangat tinggi dibandingkan realisasi penjualan mobil listrik Januari 2023 yang hanya 298 unit.
Salah satu Perusahaan yang bermain di sektor mobil Listrik asal China, Build Your Dreams (BYD) merasakan tuah pesatnya perkembangan industri kendaraan Listrik di Indonesia. Resmi masuk ke dalam negeri pada awal tahun 2024, kinerja bisnis mereka tercatat positif. Delapan dealer di berbagai kota besar didirikan untuk menopang bisnis. Jumlah itu akan bertambah di tahun ini.
Tiga produk yang mereka bawa saat mengawali masuk ke Indonesia, seperti BYD Seal, BYD Atto 3, dan BYD Dolphin mendapat sambutan hangat. Penerapan teknologi canggih menjadi salah satu alasannya. Terbaru, mereka menambah varian, menghadirkan BYD M6.
Head of PR and Government Relations PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan saat ditemui di Bandung, Senin (9/9) mengatakan berdasarkan laporan dari cabang di Kota Bandung, rata-rata penjualan setiap bulan mencapai 100 unit.
“Angka itu bisa berkembang lagi. Penerimaan BYD M6 juga baik. Di berbagai event, mobil ini mampu menjadi most driven car, banyak yang mau mencoba. Karena dari sisi spesifikasi dan harga, ini bisa jadi pilihan yang oke,” kata Luther.
Menurut dia, Perusahaan BYD yang didirikan pada tahun 1995 di Shenzhen, Guangdong, China sudah mendirikan lebih dari 30 kawasan industri di seluruh dunia dan telah memainkan peran penting dalam industri yang terkait dengan elektronik, mobil, energi baru, dan transit kereta api.
Secara garis besar, BYD sudah ada di 400 kota, 70 negara, dan enam benua. Pada tahun 2022, BYD menjual hampir 1.860.000 kendaraan penumpang energi baru di seluruh dunia.
Luther berharap, dengan pengalaman dan inovasi teknologi yang sudah dibuat selama ini, kekhawatiran konsumen di Indonesia terhadap produk kendaraan listrik selama ini bisa berubah.
“Di berbagai negara, kekhawatiran tersebut hampir tidak ada. Soal baterai, penggunaaan, perawatan dan penggantian dsb. Sebagai produsen, tentu sebelum mengeluarkan mobil, tentu baterai ini komponen yang harus selesai penelitian dan uji. Ketika sudah ada produk mobil, maka otomatis, komponen penting lainnya sudah melalui berbagai tahap uji dan lain-lain,” terang dia.
“Kami juga memberikan garansi 8 tahun untuk baterai. Itu masa yang panjang. Lalu, berdasarkan pengalaman kami, produk kami, baterai digunakan taksi. Sudah digunakan 650 ribu km. kondisi baterai sehat sehat. Apalagi baterai sekarang sudah advance lagi teknologinya,” dia melanjutkan.
Optimisme lain mengenai perkembangan kendaraan listrik adalah dari sisi ekonomi. Para pemilik mobil listrik tidak perlu lagi memikirkan biaya membeli bahan bakar atau perawatan mesin. Dari sisi pajak juga sangat rendah.
Disinggung mengenai komitmen investasi di Indonesia, BYD berencana fokus di sektor manufaktur dengan membeli lahan seluas 108 hektare di Subang, Jawa Barat. Selain itu mereka ingin segera memulai produksi kendaraan listrik di dalam negeri.
Hal Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan batas akhir impor pada tahun 2025, di mana pada tahun 2026, produsen kendaraan diharuskan memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen.
“Bulan lima kita investasi lahan di Subang. 2025 batas akhir importasi, 2026 produksi dengan TKDN 40 persen,” jelas dia. Sambil rencana itu berjalan, mereka terus berupaya menembus pasar di kota besar Indonesia terlebih dahulu.