RADARBANDUNG.id- Sebanyak 585 orang warga Kabupaten Bandung Barat mengidap HIV/AIDS dan 46 orang diantaranya meninggal dunia. Peningkatan jumlah kasus tersebut terjadi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB menyebut, periode 2020 hingga Agustus 2024 terdapat 585 kasus. Dari jumlah ini sebanyak 130 merupakan kasus baru dari bulan Januari hingga Agustus 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Dr. Ridwan Abdullah Putra menjelaskan, dalam menangani kasus HIV tersebut pihaknya menggunakan tiga pendekatan yakni pendekatan medis, psikologis, dan sosial.
“Penanganan ODHIV meliputi diagnosis dan konseling, pengobatan antiretroviral (ARV), dukungan psikologis, dukungan sosial, serta pencegahan penularan,” katanya, Kamis (9/1/2025).
Ia menambahkan, hingga saat ini sebanyak 300 ODHIV tengah menjalani pengobatan medis. Sementara itu, untuk 200 orang lainnya masih menunggu untuk menerima pengobatan.
“Untuk penanganan, Dinkes KBB melalui puskesmas gencar melacak, mendata, dan melaporkan warga terindikasi mengidap HIV,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, hingga saat ini pihaknya secara gencar melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai cara penularan HIV. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat memahami informasi terkait HIV.
“Untuk menekan laju penyebaran HIV, Dinkes KBB telah mengimplementasikan sejumlah program yang menyasar populasi kunci, khusus, dan rentan,” katanya.
“Populasi kunci mencakup kelompok dengan perilaku berisiko tinggi, seperti pekerja seks komersial (PSK), pengguna narkotika suntik, waria, serta pria yang berhubungan sesama jenis,” imbuhnya.
Ia menyebut, sejauh ini penyebab umum HIV di Bandung Barat disebabkan lantaran perilaku berisiko dilakukan oleh masyarakat yakni hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan pasangan yang status HIV-nya tidak diketahui atau dengan banyak pasangan.
“Selanjutnya penggunaan jarum suntik bersama, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, dapat menyebabkan penularan HIV. Lalu, HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui jika tidak dilakukan pencegahan,” katanya.
Ia menyebut, kelompok dengan jumlah terbanyak yang terinfeksi virus HIV di Kabupaten Bandung Barat adalah lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL).
“Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bandung Barat paling banyak disebabkan oleh hubungan seksual sesama jenis di kalangan lelaki,” katanya.
Masih kata dia, strategi penanggulangan yang diterapkan yakni dengan skrining deteksi dini HIV pada kelompok berisiko, pengembangan layanan perawatan dukungan dan pengobatan HIV, serta pelacakan ODHIV yang baru ditemukan namun belum mengakses ARV.
“Pemantauan keberhasilan pengobatan dilakukan melalui pemeriksaan viral load,” imbuhnya.
Ia menegaskan, pihaknya menggandeng LSM, pendamping sebaya, kader masyarakat, dan kelompok dukungan sebaya untuk menjangkau populasi berisiko tinggi serta memberikan pendampingan psikososial kepada ODHIV agar tetap menjalani pengobatan ARV.
“Dengan strategi yang terarah ini, diharapkan angka penularan HIV di KBB dapat ditekan dan masyarakat yang terinfeksi dapat menjalani pengobatan serta mendapatkan dukungan yang memadai,” tandasnya. (KRO)