RADARBANDUNG.id- Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar memastikan setiap produk industri farmasi di Indonesia sesuai dengan standar dan tersertifikasi. Semua jaminan itu harus dimulai dari hulu hingga hilir.
Hal ini ia sampaikan saat melakukan kunjungan ke PT Cendo di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/1).
“Clinical trial-nya juga kita yang sertifikasi, jadi kunjungan itu dalam rangka evaluasi dan monitoring apakah semua sudah sesuai prosedur,” katanya ditemui usai melakukan kunjungan
Tak sampai disitu, proses sertifikasi juga diterapkan untuk setiap produk atau biasa disebut nomor idi edar. Bahkan, hingga kini perusahaan distributor produk farmasi juga tak lepas dari monitoring BPOM.
“Kemudian kalau mau didistribusikan perusahaan distributornya juga kita sertifikasi. Terakhir, kalau mau diekspor, kita juga surat keterangan ekspor dari kami,” ujarnya.
Saat ini, ada ribuan Industri farmasi yang berada dibawah pengawasan BPOM, namun Industri farmasi yang berskala besar di Indonesia tercatat ada sebanyak 240 perusahaan.
“Salah satunya PT Cendo, kemarin kita juga melakukan lawatan ke PT Bio Farma, Cendo, dan selanjutnya kami akan berkunjung juga ke Sanbe, semuanya sama evaluasi dan kontroling,” kata dia.
Dia menuturkan kunjungan BPOM ke Industri farmasi besar merupakan langkah guna mempersiapkan asessmen yang akan dilakukan WHO ke BPOM dalam waktu dekat. Nantinya, assesmen tersebut akan mengakreditasi BPOM agar bisa masuk ke level yang lebih tinggi atau maturitas level 4. Artinya, BPOM Indonesia bakal memiliki sertifikasi WHO List Authority atau WLA.
“Apa pentingnya ini, kita berarti sudah sejajar dengan negara maju. Yang sekarang jumlahnya cuma 30, kita mudah-mudahan bisa masuk ke jajaran yang itu, dari 196 negara. Jadi kita sudah setara dengan badan (BPOM) serupa di Amerika, Eropa, dan sebagainya,” ujarnya.
Taruna menjelaskan, salah satu penilaian mendapatkan sertifikasi WLA, yakni bagaimana memastikan Industri farmasi besar seperti PT Cendo berjalan sesuai prosedur dari hulu ke hilir.
“Monitoring, evaluasi kita perlu lakukan karena salah satu penilaiannya, dia adalah perusahaan yang ada di bawah itu akan secara acak dia akan melakukan koresponden atau interaktif untuk melihat sejauh mana regulasi yang kita lakukan,” beber dia.
Selain itu, kunjungannya ke PT Cendo yakni untuk memastikan kerjasama pemerintah dengan Industri farmasi mesti berjalan dan berkesinambungan. Menurut dia, PT Cendo memiliki spesifikasi yang baik. Saat ini sejumlah produk PT Cendo seperti obat mata, obat tetes mata, anti biotik mata, anti inflamasi, glukoma, dan sebagainya memiliki inovasi yang menarik.
“Tidak memakai pengawet dan sebagainya. Itu kan tidak jarang. Dan saya melihat cukup advance teknologi ini. Itu yang mengembirakan. Sehingga saya berpikir dengan kunjungan kami ini, kami ingin memotivasi,” terang dia.
Diketahui saat ini PT Cendo memiliki 213 produk yang dikhususkan untuk pengobatan mata.
Sementara Direktur PT Cendo, Donny Herdiana mengaku dalam 100 hari kinerjanya bersedia memberikan memberikan wadah komunikasi dan membimbing Industri farmasi untuk lebih berkembang dalam hal inovasi.
Salah satu yang kerap disampaikan oleh Kepala BPOM, kata Donny menyoal bagaimana produk Industri farmasi bisa ekspor ke luar negeri. “Kami rasa perlu didukung lebih banyak guna kami bisa melayani lebih banyak kebutuhan masyarakat Indonesia dan tentunya juga bagaimana kami bisa ekspor dan juga penelitian tadi obat-obatan asli Indonesia juga kami akan fokus di sana juga untuk mendukung program dari pemerintah,” kata Donny. (dbs)