RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Terus melangkah maju dalam pengelolaan sampah melalui dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang kini telah beroperasi. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudy Prayudi, mengungkapkan bahwa TPST Tegalega dan Nyengseret kini mampu mengolah sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan menjadi pengganti batu bara di industri semen.

Mesin penggiling canggih di TPST Kota Bandung mengolah sampah menjadi RDF, mengurangi limbah TPA sekaligus menciptakan solusi energi berkelanjutan bagi masa depan. Foto atas karung-karung berisi RDF (Refuse-Derived Fuel) siap didistribusikan ke industri semen sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Hasil olahan ini menjadi langkah konkret Kota Bandung dalam mendukung energi ramah lingkungan. Foto-Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung
“Produk RDF ini menjadi langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, prosesnya juga membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA,” ujar Dudy, saat dihubungi, Minggu (19/1).
Dudy mengungkapkan, dua TPST yang saat ini beroperasi, yaitu TPST Tegalega, dengan kapasitas pengolahan 25 ton sampah per hari, TPST Nyengseret, dengan kapasitas pengolahan 28 ton sampah per hari. Secara total, kedua TPST ini mampu mengolah 53 ton sampah per hari, menjadikannya solusi strategis dalam pengelolaan sampah Kota Bandung, yang menghasilkan rata-rata 1.500 ton sampah setiap harinya.
Dudy menjelaskan, produk RDF yang dihasilkan melalui proses pengolahan modern ini telah dimanfaatkan oleh industri semen sebagai bahan bakar alternatif. RDF tidak hanya mengurangi kebutuhan batu bara, tetapi juga mengurangi emisi karbon, mendukung langkah menuju ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.
Dudy menegaskan, keberhasilan pengelolaan sampah di TPST tidak terlepas dari peran aktif masyarakat. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya kesadaran untuk memilah sampah sejak dari rumah.
“Kami menghimbau masyarakat untuk mulai memilah sampah organik dan anorganik. Ini langkah sederhana yang memiliki dampak besar, karena sampah yang sudah terpilah lebih mudah diolah di TPST,” jelasnya.
Edukasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah menjadi fokus DLH Kota Bandung. Dudy menambahkan bahwa kesadaran kolektif dalam memilah sampah akan meningkatkan efisiensi pengolahan di TPST dan menghasilkan lebih banyak RDF, yang dihasilkan TPST memberikan sejumlah manfaat strategis, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, RDF menjadi solusi energi alternatif yang ramah lingkungan. Mengurangi beban TPA, dengan mengolah 53 ton sampah per hari, volume sampah yang dikirim ke TPA dapat ditekan secara signifikan. Mendukung ekonomi hijau, penggunaan RDF membantu mengurangi emisi karbon dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Meningkatkan nilai ekonomi sampah yang sebelumnya dianggap limbah kini memiliki nilai tambah sebagai bahan bakar alternatif.
Dudy mengajak masyarakat untuk terus mendukung program pengelolaan sampah dengan mulai dari langkah kecil, seperti memilah sampah dan mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kita semua, dengan langkah sederhana, kita bisa mendukung lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Melalui sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia industri, Kota Bandung kini tidak hanya mengatasi persoalan sampah, tetapi juga berkontribusi pada solusi energi alternatif yang ramah lingkungan,” pungkasnya.(cr1)