RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pementasan naskah berjudul “Dhemit” karya Heru Kesawa Murti oleh Teater Lima Wajah Universitas Kebangsaan Republik Indonesia kembali digelar.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Lima Wajah menggelar pementasan naskah “Dhemit” karya Heru Kesawa Murti yang berlangsung selama satu hari yaitu Minggu, pada 09 Februari 2025.
Resital teater tersebut juga dibagi empat sesi, yaitu: Sesi 1 berlangsung pada pukul 09.00 sebanyak 271 apresiator. Sesi 2 berlangsung pada pukul 11.00 sebanyak 193 apresiator. Sesi 3 berlangsung pada pukul 13.00 sebanyak 282 apresiator. Sesi 4 berlangsung pada pukul 20.00 sebanyak 251 apresiator.
Baca Juga: Pilkada Serentak 2024 Selesai, Bawaslu Bandung Barat Lakukan Rapat Evaluasi
Totalnya jadi 973 apresiator. Pementasan naskah karya Heru Kesawa Murti dan disutradarai oleh Sinta Dewi Rahmawati ini sukses membuat cerita yang menarik dan mengandung kritik sosial dengan elemen humor dan mistis. Adapun apresiator dari KPK Jawa Barat memberikan tanggapan.
“Sangat menghibur. Penuh pesan terkandung dalam pementasan, peran yang dimainkan setiap aktor pun sukses memukau para penonton” kata Deni, Minggu (9/2/2025).
Kisah “Dhemit” ini menggambarkan manusia dari dunia kasar dengan serakah merusak ekosistem yang telah dijaga oleh makhluk dari dunia halus. Rajegwesi seorang kontraktor memimpin proyek pembangunan perumahan, penebangan hutan dilakukan secara besar-besaran hanya demi memenuhi ambisi egois.
Baca Juga: Atasi Masalah Air, UKRI Berikan Inovasi Penyediaan Air Bersih bagi Warga Cipageran Kota Cimahi
Sementara manusia terus menerus melanggar moral dan hati nurani. Dhemit, makhluk dari dunia halus yang sering dianggap jahat justru menunjukan kepedulian. Mereka merasa resah, terancam oleh ulah manusia, dan berusaha melawan demi mempertahankan keseimbangan alam yang telah dirusak.
Sutradara Sinta Getol mengungkapkan, naskah “Dhemit” merupakan karya Heru Kusawa Murti. Pertunjukan ini, kata Sinta, ingin memperkenalkan karya sastra kontemporer Indonesia kepada masyarakat. Menurut Sinta, penebangan hutan pada era 1990-an menunjukkan banyaknya pekerja proyek pembangunan kompleks.
“Lewat pertunjukan ini, penonton diajak untuk melihat pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia dan bagaimana keserakahan dapat merusak lingkungan. Selain itu, kami juga ingin menunjukkan kalau teater dapat menjadi medium yang menyentuh isu-isu sosial, budaya, dan psikologis melalui pengolahan yang kreatif,” ungkap Sinta.
Melalui pementasan ini kami mengajak penonton untuk merenungkan tanggung jawab terhadap alam dan pentingnya melestarikan warisan budaya serta lingkungan hidup. (*)