RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Ramadan telah memasuki fase paling istimewa, sepuluh hari terakhir. Tanpa terasa, hari-hari penuh keberkahan ini berlalu dengan cepat, membawa setiap umat Muslim semakin dekat dengan puncak ibadah shaum. Bagi mereka yang memahami makna Ramadan secara mendalam, momen ini bukan sekadar waktu yang tersisa, melainkan kesempatan emas untuk meraih keutamaan terbesar, termasuk malam yang lebih baik dari seribu bulan Lailatul Qadar.
Kesibukan safari Ramadan yang dijalaninya, Ustadz Ikhsan Syaban, atau yang akrab disapa UIS, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk turut serta dalam pencarian malam penuh kemuliaan ini. UIS memilih salah satu masjid yang kini menjadi favorit kalangan anak muda, Masjid Al Latif, sebagai tempat untuk beribadah dan mengajak jamaah lebih memaksimalkan amalan di fase akhir Ramadan. Menurutnya, semakin mendekati garis akhir, semakin besar pula usaha yang harus dilakukan dalam beribadah.
“Dalam setiap ibadah, terutama shaum, kita harus berpatokan pada akhirnya. Rasulullah SAW telah mencontohkan sepuluh hari terakhir Ramadan adalah waktu untuk mengencangkan ikat pinggang, memperbanyak ibadah di masjid, dan meninggalkan hal-hal yang dapat mengalihkan fokus dari tujuan utama,” ujar UIS saat ditemui, Jumat (21/3/2025).
Ustadz Ikhsan mengingatkan dalam Islam, amal perbuatan seseorang sangat bergantung pada akhirnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, Innamal a’malu bil khowatim, yang berarti sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada akhirnya. Dengan demikian, ibadah shaum yang telah dijalani sejak awal Ramadan tidak boleh melemah di penghujung waktu, justru sebaliknya, harus semakin diperkuat dengan strategi yang matang agar dapat mencapai keberkahan yang maksimal.
“Ibadah shaum ini tidak hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga ujian ketahanan hingga garis finis. Semakin mendekati akhir, justru harus semakin kuat, semakin kencang, dan semakin semangat. Sebab, keberhasilan shaum kita benar-benar ditentukan pada sepuluh hari terakhir ini,” tambahnya.
Meskipun tengah menjalankan safari Ramadan ke berbagai kota, Subang, Ciamis, Sumedang, Garut, Cimahi, dan Bandung Raya, Ustaz Ikhsan tetap menjadikan i’tikaf di sepuluh hari terakhir sebagai prioritas utamanya. UIS menegaskan mengabaikan akhir Ramadan sama saja dengan menyia-nyiakan kesempatan terbaik yang telah Allah SWT berikan.
“Jangan pernah meremehkan akhir. Dalam perlombaan, lap terakhir adalah yang paling menentukan. Jika seseorang gagal di putaran akhir, maka kemenangan yang sudah di depan mata bisa hilang begitu saja. Begitu pula dengan Ramadan, jika kita tidak memaksimalkan ibadah di akhir, kita bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Lailatul Qadar,” tegasnya.
Dengan penuh semangat, Ustadz Ikhsan mengajak seluruh umat Muslim, terutama generasi muda, untuk tidak menyia-nyiakan momentum ini. UIS mengingatkan Lailatul Qadar adalah anugerah luar biasa yang hanya diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh mencarinya. Oleh karena itu, UIS mendorong agar jamaah terus meningkatkan ibadah, memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, serta mengisi malam-malam terakhir Ramadan dengan penuh keikhlasan dan harapan kepada Allah SWT.
UIS menambahkan dengan semakin dekatnya hari kemenangan, pertanyaannya bukan lagi tentang seberapa kuat kita memulai, tetapi seberapa baik kita mengakhiri. Ramadan adalah perlombaan spiritual, dan hanya mereka yang mampu bertahan hingga akhir dengan kesungguhan yang akan meraih podium kemenangan di sisi Allah SWT.(dsn)