RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Lebaran Idul Fitri merupakan peringatan hari besar Islam bagi umat Muslim.

Ilustrasi. Pengamat mengamati hilal menggunakan teleskop di menara gedung Fakultas Kedokteran Kampus Universitas Islam Bandung (UNISBA), Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (29/3/2025). FOTO-FOTO: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG.
Idul Fitri selalu dirayakan pada akhir bulan Ramadan dan memasuki pada bulan Syawal.
Idul Fitri sendiri merupakan perayaan bagi lebih dari satu miliar umat Muslim di seluruh dunia.
Namun, di beberapa negara terutama negara multikultural seperti Australia, umat Muslim tidak selalu merayakan Idul Fitri di hari yang sama.
Berikut penjelasan mengapa hari raya Idul Fitri tidak selalu dirayakan pada hari yang sama, seperti dilansir dari laman Independent.
Selain berbagai kelompok yang merayakan pada hari yang berbeda, waktu perayaan Idul Fitri juga berubah secara keseluruhan setiap tahunnya.
Itu karena Islam mengikuti kalender lunar, yang berdasarkan atas siklus bulan tidak seperti kalender Masehi yang mengikuti siklus matahari.
Oleh karena itu tanggal-tanggal pada kalender Islam datang 10–12 hari lebih awal setiap tahunnya.
Ini berarti tanggal-tanggal kedua Idul Fitri juga maju sekitar 11 hari setiap tahunnya.
Idul Fitri terjadi pada tanggal 1 bulan Syawal yakni bulan ke-10 pada bulan Hijriyah yang datang tepat setelah bulan Ramadan usai.
Karena Islam mengikuti kalender lunar, untuk menentukan awal setiap bulan Islam dan tanggal-tanggal Idul Fitri, diperlukan penampakan bulan sabit baru, yang muncul tepat setelah bulan baru dimana fase pada bulan ini bulan tidak selalu terlihat pada tepat waktu.
Namun, ada berbagai metode untuk melakukan hal ini, dan berbagai penafsiran ilmiah mengenai metode mana yang terbaik.
Sebagian umat Muslim meyakini setiap negara harus mengandalkan penampakan bulan setempat.
Ini berarti jika bulan sabit baru terlihat di negara tetangga, tetapi tidak di Australia misalnya jika bulan sabit tersembunyi di balik awan, maka Australia harus merayakannya sehari setelah bulan sabit di negara tetangganya.
Organisasi Moonsighting Australia mengikuti metode ini, hanya mengumumkan Idul Fitri saat bulan terlihat di wilayah setempat.
Akan tetapi, yang lain berpendapat jika bulan telah terlihat di mana saja di dunia, maka hal itu harus diterima oleh semua Muslim sebagai awal bulan Islam yang baru.
Beberapa Muslim di Australia memilih pendekatan penampakan bulan global ini, mengikuti pengumuman Idul Fitri dari Arab Saudi bahkan ketika bulan tidak terlihat di tempat tersebut.
Selain pertanyaan tentang di mana hilal dilihat, ada juga pandangan yang berbeda tentang bagaimana hilal seharusnya dilihat.
Banyak ulama yang meyakini bahwa hilal harus dilihat secara fisik dengan mata, seperti yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad. (jpc)