RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung belum mengambil keputusan tegas terkait usulan larangan pelajar membawa sepeda motor ke sekolah. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyampaikan fokus utama saat ini masih tertuju pada pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk tahun ajaran 2025–2026.
Menurut Farhan, setelah proses SPMB selesai dan berjalan lancar, barulah pemerintah kota akan membuka ruang untuk evaluasi dan menyusun aturan tambahan, termasuk mengenai kebijakan transportasi pelajar.
“Saat ini, perhatian saya sepenuhnya masih tertuju ke proses SPMB. Setelah itu tuntas, baru kita bisa pertimbangkan langkah-langkah lanjutan seperti ini,” ujar Farhan saat ditemui, Senin (21/4/2025).
Gagasan pelarangan ini sebelumnya disuarakan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi menekankan pentingnya sekolah untuk mulai mengedukasi siswa dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Tujuannya tidak hanya sekadar menjaga keselamatan siswa, namun juga sebagai sarana pembentukan karakter dan tanggung jawab sejak usia dini. Bahkan, sanksi tegas berupa pemecatan dari sekolah bagi siswa yang nekat membawa kendaraan meskipun belum cukup umur turut diwacanakan.
Meski demikian, Wali Kota Farhan menggarisbawahi kebijakan seperti ini tidak bisa serta-merta diterapkan tanpa perencanaan matang. Menurut Farhan, perlu ada solusi konkret sebelum aturan diberlakukan, mengingat tidak semua siswa memiliki akses mudah ke transportasi umum yang layak.
“Kalau saya langsung melarang siswa membawa kendaraan, saya harus siap menjawab pertanyaan, Terus mereka ke sekolah naik apa? Ini yang harus kami pikirkan dulu,” ungkap Farhan.
Lebih lanjut, Farhan menyinggung kemungkinan untuk menghidupkan kembali operasional bus sekolah di Bandung sebagai salah satu solusi. Namun, Farhan menekankan yang menjadi tantangan utama adalah persoalan kelayakan. Pemerintah Kota masih perlu melakukan pendataan ulang guna mengevaluasi apakah moda transportasi ini dapat diaktifkan kembali secara efektif.
“Transportasi umum memang ada, tapi yang jadi pertanyaan adalah apakah layak dan aman untuk siswa? Itu yang sedang kami telaah dan data ulang,” pungkas Farhan.(dsn)