RADARBANDUNG.ID, SOREANG-Cemburu yang membuncah di hati seorang suami, AS (28), berubah menjadi petaka bagi istrinya sendiri, AR (24).
Hanya karena pesan WhatsApp yang terbaca di ponsel sang istri, AS gelap mata dan meluapkan amarahnya dengan kekerasan fisik.
Peristiwa memilukan ini terjadi di Kampung Babakan Nanjung RT 07 RW 11, Desa Rancaekekwetan, Kecamatan Rancaekek, pada Sabtu (19/4/2025) malam.
Kapolsek Rancaekek Kompol Deny Sunjaya mengonfirmasi bahwa AR menjadi korban penganiayaan oleh suaminya sendiri.
“Korban mengalami luka lebam di bagian mata akibat pemukulan dan luka bakar di tangan kanan,” ungkap Deny kepada wartawan, Jumat (25/4).
Ia menjelaskan, tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku setelah melihat isi percakapan WhatsApp di ponsel istrinya yang memicu kecemburuan.
Menurut penuturan pihak keluarga, AS langsung naik pitam begitu melihat chat yang diduga berasal dari pria lain. Ia kehilangan kendali dan mulai melakukan kekerasan tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakannya.
“Saat kejadian berlangsung, orang tua AR sempat datang dan berusaha melerai. Namun, emosi AS yang membara sulit dihentikan hingga akhirnya berujung penganiayaan yang menyebabkan luka cukup serius pada korban,” ungkap dia.
Mendapat laporan kasus penganiayaan, pihak kepolisian bergerak cepat. AS berhasil diciduk, dan kini penyidik tengah melengkapi administrasi untuk proses hukum lebih lanjut.
Barang bukti visum telah dikumpulkan sebagai pendukung dalam proses penyidikan.
Kompol Deny menyatakan pelaku akan dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. Ia juga menegaskan komitmen kepolisian dalam memberantas segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap perempuan dan anak.
“Setiap bentuk kekerasan harus mendapatkan penindakan. Ini bukan sekadar persoalan rumah tangga, tapi pelanggaran hukum,” kata Deny.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih terbuka dan mencari bantuan jika mengalami kekerasan domestik.
“Kasus ini, menjadi peringatan nyata bahwa rasa cemburu, jika tidak dikelola dengan bijak, bisa berubah menjadi kekerasan yang menyisakan luka, bukan hanya di tubuh tapi juga di hati dan kehidupan seseorang,” ungkapnya. (kus)