News

Ini Kritik Pedas ISESS terhadap Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Mengirim Siswa Terindikasi LGBT ke Barak Militer, Menjauhkan Sistem Pendidikan dari Fungsinya

Radar Bandung - 11/05/2025, 08:40 WIB
Azam Munawar
Azam Munawar
Tim Redaksi
Ini Kritik Pedas ISESS terhadap Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Mengirim Siswa Terindikasi LGBT ke Barak Militer, Menjauhkan Sistem Pendidikan dari Fungsinya

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirim para siswa tertentu ke barak militer terus menuai sorotan. Termasuk terhadap wacana mengirim siswa yang terindikasi LGBT.

Ini Kritik Pedas ISESS terhadap Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Mengirim Siswa Terindikasi LGBT ke Barak Militer, Menjauhkan Sistem Pendidikan dari Fungsinya

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berinteraksi langsung dengan siswa nakal di barak militer. Foto : YouTube/Kang Dedi Mulyadi Channel. Sementara foto atas, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan keterangan pers kepada awak media di Kantor Kementerian HAM, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025). Foto : Dery Ridwansah/ JawaPos.com.

Sorotan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk memberikan pembinaan terhadap siswa yang terindikasi LGBT itu disampaikan oleh Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi.

”Kita tidak sedang memperdebatkan baik buruknya disiplin, apalagi menolak pelibatan militer dalam dunia pendidikan. Yang jadi soal adalah pendekatannya. Ketika siswa bermasalah, termasuk yang diindikasikan LGBT, langsung dikirim ke barak, itu bukan pendisiplinan yang membina,” ungkap Khairul Fahmi saat diwawancarai JawaPos.com pada Sabtu (10/5/2025) seputar salah satu kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Pria yang aktif sebagai salah seorang pemerhati isu-isu militer itu menyatakan, prinsip pendidikan nasional Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah demokratis, inklusif, dan non-diskriminatif.

”Pendidikan tidak boleh berbasis ’paksaan’. Kita bisa melibatkan pendekatan militeristik dalam pendidikan, tapi hanya dengan prinsip kesukarelaan,” imbuhnya.

Menurut Fahmi, ada banyak model pendidikan.

Contohnya yang diterapkan di  SMA Taruna Nusantara.

Di sana sudah terbukti berhasil mengintegrasikan nilai-nilai kedisiplinan dan kepemimpinan ala militer.

Tapi, siswa yang masuk ke sana sadar betul dengan sistem yang akan mereka jalani, bukan karena dipaksa atau dianggap ’bermasalah’.

”Gagasan mengirim anak bermasalah, apalagi hanya berdasarkan indikasi disorientasi seksual ke barak militer adalah bentuk sekuritisasi kebijakan sosial yang keliru. Ketika semua persoalan sosial dibaca sebagai potensi gangguan terhadap ketertiban umum, maka pendekatan yang muncul bukan edukasi,” jelasnya.

Menurut Fahmi, hal itu bisa menjadi bahaya.

Sebab, bukan hanya berpotensi mencederai hak anak, tetapi juga mengikis kepercayaan pada institusi pendidikan.

Padahal dia menilai, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar, bertumbuh, dan membentuk karakter.

”Anak bermasalah bukan untuk dikucilkan atau disingkirkan, melainkan untuk didampingi, difasilitasi, dan diarahkan. Solusinya bukan memindahkan mereka ke luar sistem, melainkan memperkuat kapasitas sekolah agar mampu menjadi ruang yang memulihkan,” terang dia.

Fahmi mengakui, pelibatan militer sah-sah saja dan dapat didukung.

Hanya, kata dia hal itu akan lebih baik bila sifatnya edukatif, proporsional, dan suportif.

Misalnya dalam pelatihan karakter, motivasi, atau program patriotisme yang berkelanjutan dan terintegrasi dalam kurikulum.

”Lagipula, di institusi militer seperti TNI sendiri isu LGBT masih menjadi tantangan internal yang cukup kompleks. Meski ada aturan yang tegas melarang dan pembinaan terus dilakukan, penyelesaiannya tidak sederhana. Maka tidak tepat jika dunia pendidikan kemudian justru mengambil jalan pintas,” jelasnya.

Alih-alih menyelesaikan masalah secara berkelanjutan, masih kata Fahmi, pendekatan instan seperti program yang dijalankan Dedi Mulyadi di Jabar dinilai hanya akan memperdalam stigma, menormalisasi diskriminasi, dan menjauhkan sistem pendidikan dari fungsinya sebagai ruang pembentukan manusia seutuhnya.

Yakni manusia yang merdeka, bermartabat, dan berkepribadian.

”Ini memang tidak akan pernah mudah. Para pemangku (kebijakan) boleh lelah menghadirkan solusi, tapi tidak boleh menyerah,” tegasnya. (jpc)


Terkait Jawa Barat
Ada-Ada Saja, Bercanda dengan Status Duda Bupati Lucky Hakim, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Bikin Gelak Tawa Membahana di Indramayu
Jawa Barat
Ada-Ada Saja, Bercanda dengan Status Duda Bupati Lucky Hakim, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Bikin Gelak Tawa Membahana di Indramayu

RADARBANDUNG.ID, INDRAMAYU – Banyak kepala daerah di Indonesia yang tidak memiliki pasangan alias duda. Salah satunya adalah pemimpin di Jawa Barat, Gubernur Dedi Mulyadi merupakan seorang duda. Demikian pula dengan Bupati Indramayu Lucky Hakim, kepala daerah yang juga merupakan artis peran itu juga diketahui merupakan seorang duda, bahkan hingga dua kali. Bertemu di sebuah acara, […]

Viral, Siswa SMAN 2 Purwakarta Ini Menangis Saat Diberi Uang untuk Beli Laptop dan Dipeluk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Jawa Barat
Viral, Siswa SMAN 2 Purwakarta Ini Menangis Saat Diberi Uang untuk Beli Laptop dan Dipeluk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

RADARBANDUNG.ID, PURWAKARTA – Bukan lagi barang mewah yang bersifat eksklusif, laptop atau komputer jinjing saat ini sudah menjadi kebutuhan yang bisa dibilang esensial. Nggak cuma mereka yang bekerja atau kuliah, siswa sekolah pun kini banyak membutuhkan laptop untuk menunjang proses belajar mereka. Eranya sudah berubah, kalau dulu berkutat dengan teknologi seperti komputer hanya dilakukan saat pelajaran […]

Tokoh TP2GD Jabar: KH. Abbas Abdul Jamil Layak Jadi Pahlawan Nasional
Jawa Barat
Tokoh TP2GD Jabar: KH. Abbas Abdul Jamil Layak Jadi Pahlawan Nasional

RADARBANDUNG.id, CIREBON – Dukungan terhadap pengusulan KH. Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional semakin menguat. Dalam acara Istighosah Kubro dan Seminar Nasional di Pendopo Kabupaten Cirebon, dukungan datang dari berbagai tokoh daerah dan nasional, termasuk dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Jawa Barat. Salah satu tokoh penting yang menyampaikan dukungan adalah Prof. Dr. […]

Pendidikan di Jawa Barat Terancam, JPPI Minta Gubernur Dedi Mulyadi Lunasi Biaya Ijazah Siswa, Ini Penjelasannya
Jawa Barat
Pendidikan di Jawa Barat Terancam, JPPI Minta Gubernur Dedi Mulyadi Lunasi Biaya Ijazah Siswa, Ini Penjelasannya

RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi diminta untuk mengevaluasi dan mereformasi sistem pembiayaan pendidikan di wilayahnya. Hal itu dilakukan untuk mengatasi permasalahan penahanan ijazah oleh pihak sekolah di Jawa Barat. Koordinator Nasional (Kornas) Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menuturkan, pembiayaan baik di sekolah negeri maupun swasta, seharusnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat […]

location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.