RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Suara sorak dan tawa anak-anak menggema di Lapangan Zona Soccer, Pasir Impun, Kota Bandung, Senin (12/5/2025). Di tengah gegap gempita laga sepak bola usia dini, tak tampak raut wajah tegang apalagi beban berat dari para pemain cilik. Di sinilah semangat Bermain Gembira Tanpa Tekanan menemukan bentuknya. Turnamen grassroot yang digelar D’Best Soccer ini menjadi ruang baru untuk mengembangkan bukan hanya kemampuan, tapi juga karakter anak-anak.
Turnamen ini bukan sekadar ajang adu skor. Menurut CEO D’Best Soccer, Eka Hari Prasetia, kompetisi ini dirancang sebagai ruang belajar yang menyenangkan. Ia menyebutnya sebagai laboratorium mini tempat anak-anak memahami aturan sepak bola, membangun sportivitas, dan merasakan langsung atmosfer pertandingan sesungguhnya dengan bimbingan wasit berlisensi resmi dari PSSI.
“Fokus kami bukan kemenangan, tapi proses. Bagaimana anak-anak bertanding dengan senang, mengenal aturan sejak dini, dan mengumpulkan jam terbang di suasana kompetitif yang sehat,” ujar Eka saat ditemui di sela turnamen.

Bermain Gembira Tanpa Tekanan digelorakan D’Best Soccer dalam turnamen grassroot usia dini, Senin (12/5). (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)
Eka mengungkapkan turnamen diikuti enam tim dari berbagai daerah. Ada Uni Bandung yang menurunkan dua kelompok usia, lalu Bogor Pro dari Kota Bogor, serta tim Panama FC, Pegasus FC, dan Trigoria FC. Meskipun berskala kecil, penyelenggara justru menganggap hal itu sebagai kekuatan utama. Dengan jumlah peserta yang terbatas, komunikasi lebih efektif, pelaksanaan lebih tertib, dan setiap anak punya ruang untuk menonjol.
Menurutnya, atmosfer persaingan tetap diciptakan, namun dengan pendekatan positif dan penuh penghargaan. Di kategori Gold, Trigoria FC keluar sebagai juara, disusul Bogor Pro di posisi kedua dan SSB Panama di peringkat ketiga. Sementara di kategori Diamond, Uni Merah tampil dominan dan meraih juara pertama, diikuti Uni Hitam dan Pegasus FC.
Ia menambahkan tak hanya tim terbaik yang mendapat sorotan. Penghargaan individual juga menjadi bagian penting dari turnamen ini. Mesi Andriansah dari Uni Merah didapuk sebagai pemain terbaik, sementara rekannya, Muhamad Farhan Khoirul Umam, tampil sebagai top skor dengan torehan tiga gol. Di bawah mistar, Ahmad Ali Ibrahim dari Uni Hitam dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik berkat penampilan impresifnya sepanjang turnamen.
“Penghargaan ini kami harapkan bisa memotivasi anak-anak. Bukan untuk membebani, tapi untuk menunjukkan kerja keras dan semangat fair play itu sangat bernilai,” ujar Eka.
Eka pun melanjutkan lebih dari sekadar kompetisi, D’Best Soccer merancang turnamen ini sebagai agenda berkelanjutan. Kelompok usia 2013 hingga 2016 menjadi target utama, dengan rencana penyelenggaraan di berbagai jenis lapangan seperti sintetis, rumput alami, hingga arena mini soccer. Tujuannya, memperkaya pengalaman bermain anak dalam berbagai kondisi.
Eka menegaskan inisiatif ini merupakan satu-satunya program berkelanjutan di Bandung yang menyasar pengembangan sepak bola usia dini dengan pendekatan edukatif dan humanis.
“Kami tak hanya membangun bibit atlet masa depan, tapi juga karakter anak-anak yang sportif, percaya diri, dan bahagia menjalani prosesnya,” pungkasnya.(dsn)