News

Profesor Aswadi Syuhada Ungkap Skema Keringanan Ibadah Haji untuk Lansia dan Jemaah Indonesia yang Sakit

Radar Bandung - 13/05/2025, 16:17 WIB
AM
Azam Munawar
Tim Redaksi
Konsultan Haji Prof. Aswadi Syuhada saat mengunjuni pasien lansia di KKHI. Tim bimbingan ibadah sedang menyiapkan mekanisme untuk memindah pasien dari Madinah ke Makkah. Foto : Dhimas Ginanjar/JawaPos.com

RADARBANDUNG.ID, MADINAH – Tidak semua jemaah haji memiliki kekuatan fisik yang cukup untuk menuntaskan seluruh rangkaian ibadah.

Terutama bagi jemaah haji lansia dan mereka yang tengah menjalani perawatan akibat sakit berat.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan sejumlah skema keringanan dan opsi ibadah pengganti agar para jemaah tetap sah melaksanakan hajinya.

Konsultan Ibadah Haji Kementerian Agama, Profesor Aswadi Syuhada, menjelaskan bahwa dalam kondisi tertentu, sejumlah kewajiban ibadah bisa digugurkan, dan sebagian lainnya dapat dibadalkan oleh petugas yang ditunjuk.

“Pelaksanaan hajinya itu ada beberapa yang bisa gugur kewajiban, misalnya mabit di Muzdalifah, mabit di Mina itu tidak ada kewajiban bagi yang udzur,” ujar Prof. Aswadi saat berkunjung ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Senin (12/5/2025).

Menurutnya, jika kondisi fisik jemaah tidak memungkinkan untuk melaksanakan lempar jumrah dan tahalul, maka dapat dibantu oleh wakil yang ditunjuk resmi oleh pemerintah atau keluarga yang memenuhi syarat.

“Yang bisa dijalankan adalah wakil untuk lempar jumrah dan tahalul, nanti kita lakukan komunikasi,” imbuhnya.

Bahkan, dalam kondisi yang lebih berat, seperti jemaah yang sudah tidak mampu lagi melaksanakan thawaf ifadah dan sa’i, ibadah tersebut tetap bisa disempurnakan melalui mekanisme badal haji.

“Kalau benar-benar tidak bisa (sa’i dan thawaf), maka bisa dibadalkan ifadah-nya bagi mereka yang sudah wukuf di Arafah,” tegas Aswadi.

Kebijakan ini, lanjut dia, merupakan bentuk kasih sayang dan fleksibilitas dalam pelaksanaan syariat.

Tujuannya adalah agar jemaah yang telah bersusah payah datang ke Tanah Suci tetap dapat menyempurnakan rukun Islam kelima meski dalam kondisi terbatas.

 

“Pemerintah ingin memastikan bahwa seluruh jemaah yang sudah berangkat tetap bisa menjalani ibadah hajinya secara sah dan sempurna,” ujar Aswadi.

Hingga Selasa (13/5/2025), tercatat 18.341 jemaah lansia telah tiba di Arab Saudi.

Sebagian besar di antaranya saat ini menjalani ibadah haji dengan pendampingan khusus.

Berdasarkan catatan KKHI Madinah, mayoritas pasien yang dirawat adalah jemaah lansia dengan riwayat penyakit seperti dehidrasi, hipertensi, diabetes, jantung, hingga gangguan kejiwaan ringan seperti demensia.

Sementara itu, menurut data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga Senin (12/5/2025) tercatat 16.382 jemaah dari 42 kloter telah dipindahkan dari Madinah ke Makkah.

Proses pendorongan ini diperkirakan terus berlangsung hingga akhir Mei. Dari jumlah itu, tercatat sudah sepuluh jemaah yang wafat selama berada di Madinah.

Dengan skema keringanan, wakil ibadah, dan badal haji yang disiapkan, pemerintah berharap tidak ada jemaah yang merasa gagal berhaji meski dalam kondisi sakit.

“Yang penting sudah wukuf di Arafah, dan sisanya akan kita bantu agar ibadahnya tetap sah,” pungkas Aswadi. (jpc)