RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, masyarakat Kota Bandung disambut kabar menggembirakan, harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan signifikan. Daging sapi yang sempat tembus Rp150.000 per kilogram, kini bisa dibeli hanya dengan Rp80.000. Gas elpiji 5 kg yang semula dihargai Rp110.000 per tabung, kini hanya Rp72.000. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil strategi Pemerintah Kota Bandung melalui program bazar murah yang digelar secara masif di seluruh wilayah kota.
Program bazar murah menjadi sinyal kuat Pemkot tidak tinggal diam melihat kecenderungan naiknya harga bahan pokok menjelang hari besar keagamaan. Wakil Wali Kota Bandung, Erwin menjelaskan bazar murah sebagai langkah taktis yang dirancang bukan hanya untuk membantu masyarakat rentan, tapi juga sebagai instrumen pengendali inflasi di tingkat kota.
“Bazar murah ini bukan kegiatan simbolik. Ini bentuk konkret kehadiran pemerintah. Kita ingin masyarakat merasa aman dan tidak panik. Jangan sampai ada penimbunan atau permainan harga oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab,” ujar Erwin, saat meninjau langsung pelaksanaan bazar di Lapangan Gasmin, Antapani, Rabu (21/5/2025).
Erwin mengakui, setiap menjelang Iduladha, permintaan terhadap bahan pokok melonjak tajam. Lonjakan ini sering dimanfaatkan oleh oknum untuk memainkan harga. Namun, berkat intervensi langsung lewat bazar murah yang digelar di 30 kecamatan secara bertahap, Pemkot Bandung berhasil menjaga stabilitas harga. Hasilnya, harga komoditas seperti minyak goreng, telur, beras, hingga cabai dan bawang, dapat ditekan hingga di bawah harga pasar tradisional.
Lebih dari itu, Erwin menekankan pengawasan terhadap potensi penimbunan dan spekulasi harga akan terus dilakukan.
“Kami akan tindak tegas jika ada pelaku usaha yang memainkan harga. Warga harus tahu, pemerintah hadir bukan sekadar lewat kata-kata, tapi lewat aksi nyata,” tegasnya.
Plt. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Ronny A. Nurudin, turut memastikan bazar murah tahun 2025 jauh lebih agresif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun 2024 hanya dua kali, tahun 2025 Pemkot Bandung berkomitmen menggelar bazar setiap triwulan sebagai bagian dari upaya sistematis menjaga kestabilan harga dan daya beli warga.
“Kita ingin masyarakat punya akses yang luas terhadap bahan pokok dengan harga terjangkau. Ini bukan sekadar kegiatan jualan, tapi bagian dari strategi besar menahan laju inflasi daerah. Kami libatkan semua unsur, mulai dari dinas teknis, kewilayahan, BUMN, sampai UMKM,” ungkap Ronny.
Tak hanya fokus pada harga, menurutnya, Pemkot Bandung menjadikan bazar murah sebagai panggung pemberdayaan UMKM lokal. Di setiap titik pelaksanaan, tersedia area khusus untuk promosi produk lokal, serta layanan edukatif seperti konsultasi sertifikasi halal, uji mutu, dan pelatihan bisnis kecil.
“Inilah yang membedakan bazar Bandung dengan kota lain. Kami tak sekadar menjual murah, tapi juga menciptakan ruang edukasi dan promosi. Warga bisa belanja sambil belajar dan mengenal produk lokal berkualitas,” tambah Ronny.
Yang menarik, Ronny menambahkan pelaksanaan bazar ini dirancang inklusif. Tidak ada pembatasan domisili atau KTP. Siapapun warga Bandung, bahkan dari luar kecamatan, bebas berbelanja. Hal ini bertujuan agar dampak sosial dan ekonominya semakin luas, menjangkau berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi wilayah.
Ronny juga membocorkan bazar murah ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ke-215. Pada Agustus hingga September mendatang, Pemkot akan menggelar kegiatan serupa di delapan mal besar di Bandung, menggandeng lebih banyak pelaku UMKM untuk menjangkau konsumen kelas menengah dan atas.
“Kita ingin UMKM punya akses masuk ke pusat perbelanjaan. Tahun lalu hanya tujuh mal, tahun ini delapan. Ini upaya memperluas pasar dan mendorong ekonomi lokal terus bergerak,” ungkap Ronny.
Selain itu, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin menambahkan melalui pendekatan kolaboratif yang melibatkan RT, RW, lurah, camat, hingga media lokal, Pemkot Bandung memastikan bazar murah tak berhenti sebagai program jangka pendek, tetapi menjadi ekosistem ketahanan ekonomi warga dalam menghadapi gejolak harga pangan yang tak menentu.
“Bazar murah ini adalah ekosistem yang sedang kita bangun. Kami ingin ini berkelanjutan, menjadi bagian dari cara Kota Bandung bertahan dan bangkit dalam tekanan ekonomi global,” pungkas Erwin.(dsn)