RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kemenangan Persib Bandung sebagai juara Liga 1 musim 2024/2025 tak hanya mengguncang stadion, tetapi juga mulai menggema hingga ke ruang-ruang bisnis dan investasi. Di balik riuh konvoi kemenangan yang memenuhi jalanan Kota Bandung, muncul wacana besar yang bisa mengubah wajah klub kebanggaan Jawa Barat ini secara permanen, rencana penawaran saham perdana (IPO) oleh PT Persib Bandung Bermartabat.
Bukan hanya rumor, sinyal kuat rencana IPO itu diperkuat oleh pernyataan terbuka Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Di tengah semangat perayaan, Farhan mengungkapkan secara gamblang niatnya untuk ikut membeli saham Persib jika klub resmi melantai di bursa. Meski begitu, Farhan menegaskan niat tersebut adalah murni sebagai warga dan bukan atas nama pemerintah daerah.
“Kalau Pemerintah Kota Bandung, saya rasa tidak akan ikut beli saham Persib. Itu bukan ranahnya pemda. Tapi secara pribadi, saya sudah menyiapkan tabungan untuk bisa beli saham, kalau memang IPO,” ujar Farhan, di sela-sela akan konvoi kemenangan Persib di Balai Kota Bandung, Minggu (25/5/2025).
Pernyataan Farhan pun sontak jadi perbincangan publik. Banyak yang mengapresiasi langkah berani tersebut sebagai bentuk dukungan riil kepala daerah terhadap profesionalisme klub. Namun, Farhan buru-buru meluruskan, keterlibatan dirinya murni atas dasar kecintaan pribadi pada klub, bukan representasi dari lembaga yang ia pimpin.
Menariknya, Farhan tidak hanya bicara sebagai fans. Farhan menyodorkan perhitungan serius soal valuasi Persib saat ini. Menurutnya, jika dilihat dari sisi brand value, jumlah pendukung (bobotoh), hingga struktur pendapatan yang sudah modern, nilai pasar Persib sangat layak menembus angka Rp1 triliun.
“Brand value-nya itu luar biasa. Sudah setara dengan klub-klub besar Asia. Mereka juga sudah kelola stadion, punya penghasilan dari hak siar, sponsor, merchandise, hingga tiket. Jadi secara valuasi bisnis, ini sudah sangat menarik untuk dikembangkan lewat IPO,” jelasnya.
Ia bahkan menyebut brand equity Persib bisa mendekati angka 30 juta dolar AS atau sekitar Rp500 miliar. Sebuah angka yang mencerminkan kekuatan pasar dan daya tarik klub dalam dunia industri olahraga. Salah satu poin menarik dari wacana IPO Persib adalah potensi partisipasi suporter dalam kepemilikan klub. Farhan menyebut ini sebagai revolusi loyalitas dari sekadar suporter menjadi pemilik saham yang punya hak suara.
“Coba bayangkan, betapa indahnya kalau bobotoh juga punya saham di klub kesayangannya. Mereka bukan hanya bersorak di stadion, tapi juga punya suara di dalam ruang rapat pemegang saham,” tambahnya.
Gagasan itu mengundang antusiasme luar biasa dari publik. Bukan hanya fans Persib, tapi juga para pelaku ekonomi yang melihat peluang ini sebagai bentuk baru demokratisasi di industri olahraga.
Ketika ditanya seberapa besar dana pribadi yang disiapkan untuk membeli saham Persib, Farhan menjawab santai namun tetap menggugah rasa penasaran publik.
“Belum tahu, belum tahu. Kita lagi tunggu public expose-nya dulu. Tapi ya semiliar… semiliar ewang lagi lah,” ujarnya sambil tertawa.
Meski bernada bercanda, jawaban itu cukup menunjukkan keseriusan dan optimisme atas masa depan bisnis Persib. Publik pun menilai, keterlibatan tokoh seperti Farhan akan menjadi magnet bagi investor lain untuk ikut mengerek nilai klub di bursa.
Farhan menutup pernyataannya dengan keyakinan IPO bukan hanya soal dana, tetapi transformasi menuju tata kelola klub yang modern, akuntabel, dan berkelanjutan. Ia menyebut, jika saham Persib benar-benar dijual ke publik, maka itu adalah tanda keseriusan membangun fondasi kuat sepakbola Indonesia, bukan hanya euforia jangka pendek.
“Persib ini aset bersama. Bukan hanya milik manajemen, tapi milik jutaan bobotoh. Kalau sahamnya bisa dimiliki publik, itu jadi bukti kita serius membangun sepakbola dengan fondasi yang kuat, bukan hanya semangat sesaat,” pungkasnya.(dsn)