News

Sampah Usai Persib Juara, Ada Pahlawan Tak Terlihat di Tengah Euforia

Radar Bandung - 26/05/2025, 20:08 WIB
Diwan Sapta
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Sampah Usai Persib Juara, Ada Pahlawan Tak Terlihat di Tengah Euforia
Antusias warga depan Balai Kota Bandung, sambut Konvoi Persib Juara, Jl. Wastukencana, Minggu (25/5). (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Selebrasi akbar kemenangan Persib Bandung sebagai juara Liga 1 musim 2024/2025 menciptakan pesta besar di seluruh penjuru Kota Bandung. Ribuan Bobotoh tumpah ruah ke jalan-jalan, menjadikan ibu kota Jawa Barat itu lautan biru. Namun, di balik gegap gempita konvoi dan yel-yel penuh semangat, tersisa satu persoalan besar yang langsung menghantam wajah kota, 57,6 ton sampah tercecer di titik-titik keramaian. Kota sempat nyaris lumpuh secara estetika, hingga sebuah keajaiban dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung terjadi.

Tanpa banyak sorotan, petugas kebersihan DLH langsung bergerak sejak Minggu (25/5/2025) sore, hanya beberapa saat setelah euforia mencapai puncaknya. Kepala DLH Kota Bandung, Dudy Prayudi mengungkapkan proses pembersihan dimulai saat konvoi masih berlangsung.

“Kami tak menunggu selesai. Kami mulai bersihkan sejak sore, lanjut malam hari, meski arus massa masih padat. Total waktu efektifnya sekitar 12 jam, rampung Senin pagi,” ujar Dudy saat dikonfirmasi, Senin (26/5/2025).

Menurutnya, dalam waktu tak sampai 24 jam, wajah Kota Bandung kembali bersih. Padahal, volume sampah yang diangkut mencapai 121 meter kubik, setara 10 ritase penuh truk pengangkut DLH. Sampah-sampah ini langsung dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti untuk penanganan lebih lanjut. Skala pekerjaan ini tak main-main. DLH mengerahkan sekitar 1.200 petugas dari lima wilayah kerja untuk menanggulangi sisa kemeriahan.

Peta sebaran sampah juga menunjukkan fakta menarik. Dudy mengungkapkan wilayah Cibeunying, yang mencakup lokasi utama perayaan seperti Gedung Sate, Dago, dan Balai Kota, menyumbang angka tertinggi, 56,5 meter kubik. Bahkan, 16,5 meter kubik di antaranya berasal dari sapuan taktis di titik strategis. Wilayah Karees menyusul dengan 25 meter kubik, disusul Bojonegara 24 meter kubik, Kordoba 8 meter kubik, Ubermanik 7,5 meter kubik, dan Tegalega yang mencatat nihil.

Namun, data nol dari Tegalega bukan berarti wilayah tersebut bebas dari aktivitas. Dudy menjelaskan secara administratif, Taman Tegalega masuk ke wilayah Karees. Data kosong dari Tegalega mengacu ke area lain yang tidak termasuk taman utama. Ini sekaligus mengungkap detail teknis pencatatan yang selama ini mungkin luput dari perhatian publik.

Dudy mengungkapkan jenis sampah yang dikumpulkan pun mencerminkan pola konsumsi massal masyarakat saat pesta besar. Dominasi botol air mineral, bungkus makanan cepat saji, sisa makanan, serpihan kertas, bendera kayu, hingga botol kaca menjadi potret ironis dari selebrasi yang mengabaikan sisi ekologis.

“Ini momentum luar biasa, tapi kita harus sadar setiap perayaan besar membawa dampak lingkungan. Euforia semestinya diimbangi dengan tanggung jawab bersama,” ujar Dudy.

Ia menekankan perlunya kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan kota di tengah kebanggaan sebagai juara. Di tengah hiruk-pikuk yang tertinggal, DLH tetap menyampaikan apresiasi kepada para petugas kebersihan yang bekerja tanpa tepuk tangan. Mereka tak terlihat di berita utama, tapi kehadiran mereka justru krusial dalam memulihkan wajah kota.

“Tanpa mereka, Bandung tak akan sebersih ini dalam waktu singkat. Ini adalah bentuk patriotisme dalam diam,” pungkasnya.(dsn)


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.