RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Dalam hitungan 100 hari kerja pertamanya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mencatatkan rekor luar biasa, karena menjadi gubernur dengan tingkat kepuasan tertinggi di seluruh Pulau Jawa.
Temuan mencengangkan ini berasal dari hasil survei yang dirilis Indikator Politik Indonesia, dan membuat publik serta pengamat politik terkejut dengan pencapaian luar biasa sang Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang nyentrik ini.
Survei yang menempatkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai pemuncak tersebut digelar pada 12 hingga 19 Mei 2025 ini membandingkan kinerja enam gubernur di Pulau Jawa.
Hasilnya?
Nama Dedi Mulyadi melesat di posisi puncak, mengungguli tokoh-tokoh besar seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X, Khofifah Indar Parawansa, hingga Pramono Anung.
Indikator mencatat, sebanyak 41% warga Jawa Barat menyatakan “sangat puas” terhadap kinerja Dedi Mulyadi.
Ditambah 54% yang menyatakan “puas”, maka total 95% warga Jabar memberikan apresiasi positif terhadap kerja nyata Dedi selama tiga bulan lebih menjabat.
Bandingkan dengan pesaing terdekatnya, Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang hanya mendapat 18% “sangat puas” dan total 66% tingkat kepuasan.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, mendapat 14% sangat puas dan total 62%.
Sementara Gubernur Jateng Ahmad Luthfi memperoleh 5% sangat puas dan total 57%.
Gubernur DKI Pramono Anung serta Gubernur Banten Andra Soni tertinggal jauh dengan hanya 3% sangat puas dan masing-masing total 57% dan 48% tingkat kepuasan.
Apa Rahasianya Dedi Mulyadi?
Ini Kuncinya!
Dedi Mulyadi bukan sekadar gubernur, dia adalah “pemimpin rakyat”.
Dalam berbagai kesempatan, ia dikenal turun langsung ke masyarakat, menyentuh persoalan akar rumput tanpa protokoler rumit.
Program-programnya dinilai menyasar kebutuhan nyata mulai dari kebijakan jam malam pelajar, bantuan pendidikan dan sosial, hingga bonus pribadi Rp1 miliar untuk Persib Bandung yang membuat namanya makin melekat di hati publik.
Menurut Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, tingkat kepuasan tinggi ini bukan semata soal angka, tapi soal bagaimana emosi dan persepsi publik dibentuk melalui pendekatan empatik dan langsung.
“Rakyat merasakan bahwa pemimpin mereka hadir, bekerja, dan memihak mereka. Itu faktor yang seringkali lebih kuat dari sekadar data teknokratis,” ujar Burhanuddin saat konferensi pers di Jakarta.
Strategi Komunikasi & Simpati Jadi Pembeda
Di era digital dan informasi serba cepat, Dedi Mulyadi tampil sebagai sosok yang piawai dalam membangun komunikasi publik.
Ia tak hanya aktif di media massa, tetapi juga di media sosial, menyampaikan pesan-pesan sederhana namun kuat—langsung dari desa ke desa, dari pasar ke sekolah.
Liputan media soal program kerakyatannya juga dinilai turut meningkatkan eksistensi dan citra positif.
Dedi Mulyadi dianggap sebagai simbol pemimpin masa kini yang progresif namun tetap membumi.
100 Hari Pertama, Langkah Kecil Menuju Pengaruh Besar
Meski baru 100 hari menjabat, posisi Dedi sudah sangat kokoh di mata publik. Survei ini bisa menjadi batu loncatan bagi karier politik nasionalnya, apalagi dengan modal kepercayaan publik yang begitu besar.
Beberapa analis bahkan mulai berspekulasi, apakah ini sinyal awal menuju pencalonan di panggung yang lebih tinggi? Dengan 95% tingkat kepuasan, jalan menuju panggung nasional bukanlah isapan jempol.
Dedi Mulyadi Bukan Sekadar Gubernur, Tapi Harapan Baru
Survei ini membuka mata banyak pihak bahwa kepemimpinan yang jujur, dekat dengan rakyat, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat adalah kunci utama meraih kepercayaan.
Dedi Mulyadi membuktikan bahwa pemimpin tidak harus “pamer kekuasaan”, cukup hadir, bekerja, dan tulus mengabdi.
Jika tren ini terus berlanjut, Jawa Barat bisa menjadi contoh provinsi dengan model kepemimpinan masa depan Indonesia. (radar kudus/jpc)
Live Update
- Tegas! Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Tak Akan Membantu Anak yang Berkelahi Bahkan Dibacok Saat Jam Malam 2 bulan yang lalu
- Oknum Supporter Persikas Berulah, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Murka Saat Nganjang ka Warga Subang 2 bulan yang lalu