News

Kolaborasi UNPAD dan CoEHAR Dorong Kebijakan Pengendalian Rokok Berbasis Bukti

Radar Bandung - 14/06/2025, 21:12 WIB
F
Ferry
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id – Upaya pengendalian dampak merokok di kawasan Asia Pasifik mendapat dorongan baru lewat penyelenggaraan Asia-Pacific Conference on Harm Reduction 2025 yang digelar di Bandung pada Sabtu (14/6).

Acara ini terselenggara atas kolaborasi antara The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dan Universitas Padjadjaran (UNPAD), menghadirkan forum strategis untuk memperkuat sinergi internasional dalam penerapan kebijakan pengurangan bahaya (harm reduction) berbasis bukti ilmiah.

Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran UNPAD, Prof. Rizki Abdulah, menegaskan pentingnya peran akademisi dalam membangun jejaring riset global yang mendukung pengambilan keputusan kesehatan masyarakat.

Menurutnya, pendekatan berbasis data ilmiah menjadi fondasi utama dalam menghasilkan kebijakan pengendalian tembakau yang efektif dan relevan dengan kebutuhan masing-masing negara.

“Indonesia, seperti banyak negara Asia lainnya, saat ini menghadapi tantangan besar dalam pengendalian konsumsi tembakau. Karena itu, pendekatan berbasis bukti ilmiah menjadi kunci agar kebijakan yang diterapkan memiliki dasar kuat dan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Prof. Rizki.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, Prof. Amaliya, menyoroti perlunya inovasi dalam mengatasi tingginya angka perokok di Indonesia, yang saat ini menempati posisi ketiga dunia.

Menurutnya, strategi pengendalian merokok tidak lagi bisa hanya mengandalkan cara konvensional, melainkan harus diperkuat dengan riset terbaru, penerapan konsep harm reduction, serta kolaborasi lintas disiplin yang melibatkan akademisi, tenaga medis, pembuat kebijakan, hingga komunitas.

“Konferensi ini menjadi ajang berbagi pengetahuan dan hasil penelitian terkini tentang merokok serta pendekatan harm reduction. Tujuan utamanya adalah memperluas pemahaman dan penerapan strategi ilmiah serta medis dalam menangani persoalan merokok di masyarakat,” jelas Prof. Amaliya.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula pendiri CoEHAR sekaligus Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Universitas Catania, Italia, Prof. Riccardo Polosa. Ia menekankan pentingnya menyinergikan upaya berhenti merokok dengan pendekatan harm reduction sebagai dua strategi yang saling melengkapi dalam menekan dampak buruk tembakau.

“Penghentian merokok dan harm reduction bukanlah dua pendekatan yang saling berseberangan, melainkan harus berjalan beriringan. Perdebatan yang tidak produktif hanya akan menghambat kemajuan. Tujuan utama kita sama, yakni menyelamatkan lebih banyak nyawa dan membantu mereka yang masih kesulitan berhenti merokok,” ungkap Prof. Polosa.

Konferensi ini juga menjadi wadah untuk mempresentasikan sejumlah proyek kolaboratif antara Universitas Padjadjaran dan Universitas Catania, seperti REPLICA Project.

Selain itu, diluncurkan pula program Talent Research Award sebagai bentuk dukungan kepada peneliti muda di negara berkembang, guna mendorong kemandirian ilmiah di level global.

“Sains memang menawarkan solusi nyata. Namun, agar hasil riset benar-benar berdampak bagi masyarakat, dibutuhkan regulasi progresif, kebijakan inklusif, dan sinergi lintas sektor yang menghubungkan dunia kesehatan, pendidikan, dan inovasi,” pungkas Prof. Polosa. (dbs)