News

BPBD Bandung Ubah Strategi Komunikasi Bencana, Simulasi Digelar di Kawasan Rawan

Radar Bandung - 01/07/2025, 17:27 WIB
DS
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Kota Bandung, Didi Ruswandi di Balai Kota Bandung, Selasa (1/7). (Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung mengubah pendekatan komunikasi kebencanaan agar masyarakat lebih siap dan tidak panik saat bencana terjadi. Informasi bencana kini didorong menjadi alat edukasi, bukan sekadar peringatan yang menimbulkan ketakutan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Kota Bandung, Didi Ruswandi menyebut paradigma lama informasi kebencanaan menakutkan justru perlu diubah. Menurutnya, warga harus diedukasi agar waspada dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana.

“Selama ini ada anggapan informasi bencana menakutkan. Padahal, lebih baik masyarakat paham sejak awal, tahu bagaimana bersikap. Ketidaktahuan justru memicu kepanikan saat kejadian,” ujar Didi di Balai Kota Bandung, Selasa (1/7/2025).

Menurutnya, sebagai langkah awal, BPBD Bandung akan menggelar simulasi penanganan bencana di dua kelurahan yang berada di kawasan rawan, yakni Dago dan Hegarmanah, Kecamatan Coblong, mulai bulan Juli ini. Dua kelurahan lainnya, yakni Ciumbuleuit dan wilayah padat lereng lainnya, akan menyusul pada Agustus mendatang.

“Simulasi ini akan terus bergilir. Kita mulai dari daerah padat dan berada di lereng, sambil menunggu hasil kajian kawasan risiko tinggi yang sedang dikaji bersama lembaga Emril,” jelasnya.

Didi mengungkapkan BPBD juga akan membentuk kawasan tangguh bencana berbasis komunitas. Dalam kawasan tersebut, warga dilibatkan untuk menentukan sendiri jalur evakuasi, titik kumpul, serta sistem peringatan dini yang sesuai dengan kesepakatan lokal.

“Penentuan jalur evakuasi dan sistem tanda peringatan harus disepakati warga. Bisa lewat masjid, kentongan, atau metode lain. Setelah disepakati, tanda akan dipasang dan simulasi digelar,” ujarnya.

Terkait potensi gempa dari Sesar Lembang, Didi menegaskan meski besaran bahayanya besar, tingkat kerawanan menjadi perhatian utama.

Didi menjelaskan risiko bencana adalah gabungan dari bahaya dan kerawanan. Meski bahayanya sama, daerah lereng yang padat memiliki kerawanan lebih tinggi.

“Fokus kita adalah mengurangi kerawanan. Lewat peningkatan infrastruktur dan edukasi warga, kita ingin tingkatkan kapasitas masyarakat agar tangguh menghadapi bencana,” jelasnya.

Ia menambahkan pelaksanaan program ini akan dilakukan secara bertahap, mengikuti kemampuan fiskal pemerintah daerah. Namun, Didi optimistis program dapat diperluas jika mendapat dukungan pendanaan dari publik atau sumber lain.

“Harapan kami nanti akan tumbuh simulasi mandiri yang diprakarsai komunitas. Kalau anggaran publik masuk, cakupannya bisa lebih luas,” ujarnya.

Ke depan, ia menambahkan BPBD juga akan memanfaatkan media sosial sebagai saluran utama penyebaran informasi bencana kepada masyarakat. Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, Kota Bandung menargetkan terwujudnya masyarakat yang tangguh dan sigap menghadapi bencana.(dsn)