News

Industri Kreatif Bandung Harus Didukung Ekosistem dan Infrastruktur yang Kuat

Radar Bandung - 05/07/2025, 21:20 WIB
Diwan Sapta
Diwan Sapta
Tim Redaksi
Industri Kreatif Bandung Harus Didukung Ekosistem dan Infrastruktur yang Kuat
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan saat menghadiri acara Indonesian Women in Game, Beauty Play Connect di kantor Agate, Bandung, Sabtu (5/7). (Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menegaskan industri kreatif di Kota Bandung kini memasuki fase pertumbuhan yang lebih terstruktur. Ia menyebutkan peran pemerintah sangat krusial dalam membangun ekosistem yang memungkinkan para pelaku kreatif berkembang sekaligus mendapatkan pengakuan hukum atas karya mereka.

Farhan menyebutkan meski kreativitas bukan hal baru di Bandung, baru saat ini geliatnya mulai terlihat sebagai sebuah industri dengan arah yang jelas.

“Kreatif mah Bandung dari dulu sudah kreatif. Tapi sekarang, bentuknya mulai jadi industri. Ini bisa lahir dari tempat seperti Agate dan ITB Innovation Park,” ujar Farhan saat menghadiri acara Indonesian Women in Game, Beauty Play Connect di kantor Agate, Bandung, Sabtu (5/7/2025).

Farhan menekankan, jika Kota Bandung ingin menjadikan industri kreatif sebagai sektor unggulan, maka dukungan dari hulu ke hilir harus diperkuat. Tidak hanya dari sisi produksi konten, tetapi juga aspek legal dan infrastrukturnya.

Menurutnya, salah satu langkah strategis yang tengah disiapkan adalah sistem pengarsipan resmi untuk hak kekayaan intelektual (intellectual property/IP). Sistem ini akan memudahkan para pelaku industri kreatif mendaftarkan karya mereka secara formal ke Pemkot Bandung melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan.

“Kita lagi kembangkan sistem pengarsipan IP. Jadi kalau ada yang klaim sepihak, kita punya bukti resmi. Ini penting untuk pengakuan hukum dan perlindungan kreator,” tegas Farhan.

Namun, Farhan juga mengingatkan pengembangan industri kreatif tidak cukup hanya berbicara digitalisasi dan konten. Ia menyebutkan infrastruktur dasar seperti lingkungan dan akses transportasi juga menjadi bagian penting dari ekosistem tersebut.

Ia menyoroti kawasan timur Bandung yang mulai tumbuh sebagai pusat industri kreatif, namun masih menghadapi tantangan banjir akibat kondisi sungai yang tidak tertangani optimal.

“Kita sedang kerja sama dengan BBWS untuk perbaikan sungai Derwati dan Cisaranten agar kawasan industri kreatif ini tidak terendam banjir saat musim hujan,” ujarnya.

Ia pun menjelaskan untuk menunjang aksesibilitas ke kawasan kreatif seperti kantor Agate, Farhan mengungkapkan Pemkot tengah menyiapkan skema pembiayaan infrastruktur non-APBD lewat konsep Land Based Finance (LBF).

“Jalan ke sini sering macet, akses harus diperbaiki. Tapi tidak semua bisa dibiayai APBD. Kita gunakan skema LBF, di mana swasta bisa ikut serta dengan jaminan aset tanah,” jelasnya.

Ia menambahkan melalui LBF, pemerintah dapat bekerja sama dengan investor swasta untuk mempercepat pembangunan infrastruktur tanpa membebani keuangan daerah. Konsep ini dinilai cocok untuk menopang pertumbuhan industri kreatif yang cepat namun membutuhkan dukungan lintas sektor.

Farhan berharap melalui penguatan ekosistem, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan dukungan infrastruktur yang tepat, Bandung tidak hanya menjadi kota kreatif secara citra, tapi juga sebagai pusat industri kreatif yang mampu memberikan nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakatnya.

“Kalau semua ekosistemnya lengkap, industri kreatif Bandung bisa bersaing. Bukan hanya jadi tempat nongkrong anak muda, tapi jadi sumber penghidupan dan identitas kota,” pungkasnya.(dsn)


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.