RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Di tengah konflik dualisme kepengurusan yang melanda Yayasan Markas Satwa Taman Sari, Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) tetap menjadi destinasi favorit warga. Tercatat, sebanyak 4.000 pengunjung memadati kawasan wisata edukasi tersebut, Minggu (6/7/2025), menunjukkan gejolak internal tak menggoyahkan kepercayaan publik.
General Manager Bandung Zoo, Petrus Arbeny menegaskan aktivitas wisata tetap berjalan normal. Ia menyebutkan, penutupan sementara Kamis (3/7/2025) lalu dilakukan sebagai langkah antisipatif untuk menjaga ketertiban, menyusul masuknya pihak-pihak yang mengklaim memiliki legalitas pengelolaan kebun binatang tersebut.
“Alhamdulillah, hari ini Bandung Zoo kembali ramai dan operasional berjalan lancar. Kami ingin memastikan pengunjung tetap merasa aman dan nyaman meski secara internal kami menghadapi tantangan,” ujar Petrus saat ditemui di lokasi, Bandung Zoo, Minggu (6/7/2025).
Konflik internal bermula dari munculnya klaim kepemilikan legalitas oleh oknum tertentu yang merujuk pada kesepakatan damai antar organ yayasan. Namun menurut Petrus, kesepakatan tersebut tidak pernah terealisasi. Ia menegaskan manajemen saat ini berpegang pada akta resmi kepengurusan, yakni Akta Nomor 41 Tahun 2024 yang ditandatangani oleh Dewan Pembina dan Pengurus Yayasan yang sah.
“Ketika kami tidak diperbolehkan masuk oleh security dari pihak yang mengaku sebagai pengelola, kami terpaksa mengambil langkah tegas. Kami mengganti sistem pintu agar operasional tidak terganggu. Itu pun kami lakukan sesuai prosedur. Kami di sini adalah tuan rumah, bukan tamu,” tegasnya.
Petrus juga membantah langkah penggantian pintu tersebut mengandung unsur perusakan. Ia menyebutnya sebagai upaya menjaga kelangsungan kerja seluruh staf di tengah dinamika yang belum sepenuhnya selesai.
“Kami mengganti smart lock dengan sistem pintu biasa, bukan merusak. Ini murni untuk menjamin akses dan mobilitas tim di lapangan,” tambahnya.
Kisruh dualisme ini tak hanya berdampak pada aspek teknis, tetapi juga menimbulkan tekanan psikologis di lingkungan kerja.
Eksekutif pemasaran Bandung Zoo, Anty mengungkapkan beberapa staf merasa terintimidasi sejak kehadiran pihak yang mengaku sebagai manajemen baru.
“Situasinya sangat membingungkan. Tiba-tiba sistem approval berubah tanpa pemberitahuan. Ada staf saya yang sampai menangis dan sembunyi di toilet karena takut dimarahi. Bahkan saya pribadi pernah diancam akan dilaporkan ke KPK karena mempertahankan akses media sosial resmi Bandung Zoo,” ujar Anty.
Anty juga menyayangkan terganggunya kerjasama dengan tenant akibat kepemimpinan ganda. Ia menyebut, ada mitra usaha yang tidak diizinkan masuk meskipun sudah menyelesaikan administrasi secara resmi.
“Mereka datang sesuai jadwal, sudah bayar lunas, tapi dilarang masuk karena dianggap tidak berizin oleh pihak yang tidak jelas,” ungkap Anty.
Di tengah ketidakpastian tersebut, manajemen Bandung Zoo berkomitmen menjaga stabilitas internal dan tetap fokus pada pelayanan publik. Petrus menyampaikan pengelolaan kebun binatang bukan hanya soal merawat satwa, tapi juga merawat nilai-nilai budaya masyarakat Sunda.
“Kami tetap mempertahankan tradisi botram, menghadirkan pertunjukan seni seperti jaipongan, angklung, dan pencak silat. Ini bukan komersial. Ini bentuk pelestarian budaya. Bandung Zoo adalah etalase konservasi sekaligus ikon budaya kota,” ujar Petrus.
Petrus juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Pemerintah Kota Bandung, khususnya arahan dari Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Ia menegaskan pihaknya siap bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat untuk menjaga eksistensi Bandung Zoo sebagai ruang edukasi, konservasi, sekaligus wisata budaya yang berkelas.
“Kami ingin memastikan Bandung Zoo tetap menjadi kebanggaan warga kota. Sekalipun menghadapi tantangan internal, pelayanan kepada masyarakat tetap nomor satu,” pungkas Petrus.(dsn)
