RADARBANDUNG.ID, SOREANG – Sebanyak 37 warga Kabupaten Bandung meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang Januari hingga Desember 2024.
Angka kematian ini menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung, yang mencatat total kasus DBD mencapai 2.541 kasus dalam periode tersebut.
“Case fatality rate (CFR) atau proporsi kematian akibat DBD mencapai 1,46 persen. Ini angka yang cukup tinggi dan harus menjadi perhatian semua pihak,” ujar Kepala Bidang P2PL Dinkes Kabupaten Bandung, Purwitasari, Selasa (15/7).
Meskipun tren kasus menunjukkan sedikit penurunan, ancaman tetap tinggi, terutama menjelang puncak musim hujan. Purwitasari menjelaskan, tingginya curah hujan yang tidak merata meningkatkan risiko perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus dengue.
“Genangan air di sekitar rumah yang tidak terpantau bisa jadi sarang jentik. Karena itu, kami sudah mengeluarkan surat edaran ke seluruh puskesmas dan rumah sakit untuk bersiaga menghadapi kemungkinan lonjakan kasus,” katanya.
Untuk mencegah kematian akibat DBD, Dinkes Kabupaten Bandung memperkuat deteksi dini melalui screening dengue di fasilitas kesehatan, serta penyelidikan epidemiologi di wilayah yang mencatat kasus tinggi.
Tak hanya itu, upaya penurunan angka kematian juga dilakukan melalui kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus.
“ Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penyimpanan air, Mendaur ulang barang bekas, serta Plus penggunaan larvasida, kelambu, dan penghindaran gigitan nyamuk,” ujar dia.
Dinkes juga melanjutkan program fogging insektisida, penyebaran abate, serta penguatan peran kader jumantik (juru pemantau jentik) melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Menurut Purwitasari, gerakan ini penting untuk membangun kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebaran nyamuk dengue.
“Kampanye ini dilakukan lintas sektor. Selain rumah tangga, kami juga menyasar sekolah dan kantor desa, agar semua lingkungan bebas dari potensi sarang nyamuk,” imbuhnya.
Dinas Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala demam tinggi, nyeri otot, dan lemas, terutama pada anak-anak. Pemeriksaan dini sangat penting untuk mencegah perburukan kondisi.
“DBD bisa berakibat fatal jika tidak ditangani segera. Maka dari itu, kami minta warga tidak menunda periksa ke dokter bila ada gejala mencurigakan,” tegas Purwitasari.
Dengan masih tingginya angka kematian akibat DBD, Dinkes Kabupaten Bandung mendorong seluruh masyarakat meningkatkan kebersihan lingkungan dan segera melapor ke puskesmas jika menemukan kasus demam berdarah di sekitarnya. (kus)