RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Niskalsa (23) menerbitkan buku prosa liris bertajuk ‘Kita Sudah Tidak di Sana’. Perempuan kelahiran Bandung ini menghabiskan sembilan tahun untuk menuntaskan karyanya.
Ia mengajak pembaca menyelami perasaan melalui sajian bergaya gabungan prosa dan puisi.
Karya perdananya ini berisi tentang kehilangan, harapan dan proses berdamai dengan masa lalu. Setiap bait yang tertuang seolah memberi pesan kepada pembaca bahwa dalam situasi apa pun, masalah yang dihadapi, semua bisa terlewati.
Pesan ini ditegaskan oleh Niskalsa ketika sambutan saat peluncuran buku akhir pekan lalu. Ia berharap buku ini bisa menjadi teman bagi siapa pun yang sedang merasakan kesedihan dalam hidupnya, tetapi tidak memiliki tempat untuk mengungkapkannya.
“Kesedihan serupa musim yang pasti akan berakhir. Semesta akan memberi sesuatu yang kita inginkan ketika kita benar-benar siap. Mulai sekarang, pantaskan dirimu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan,” ujar dia saat ditemui di Batoe Coffee and Space, Kawasan Kabupaten Bandung.
Niskalsa mengisahkan, sejak awal, ia sudah membiasakan diri menuliskan semua perasaannya dalam sebuah buku catatan khusus. Semua yang tertulis di buku ini adalah kumpulan tulisan dari tahun 2016. Keinginan untuk menghimpunnya menjadi sebuah naskah buku muncul pertama kali di 2022.
“Sejak itu saya mulai mengumpulkan semua tulisan, hingga draf buku ini selesai di bulan Desember 2024. Proses penulisan buku ini sekitar 9 tahun lamanya, dari rentang waktu 2016-2024,” jelas Niskalsa.
“Tantangan terbesar dalam menulis buku ini adalah proses mengingat. Karena saya ingin meng-improve gaya tulisan saya di tahun-tahun awal saya menulis sembari mempertahankan perasaan yang terselip dalam setiap kalimat yang saya tulis,” dia melanjutkan.
Karya Niskalsa ini sudah bisa dipesan secara online melalui tautan s.id/bukukstd
dan akan segera hadir di toko buku Gramedia. Capaian yang sudah diraih ini tak lantas membuatnya berpuas diri.
Ia mengaku sedang mempersiapkan buku sekuel “Kita Sudah Tidak di Sana”. Bagi Niskalsa, karya perdana ini menjadi langkah awal perjalanannya dalam dunia literasi Indonesia.
“Mulailah langkah pertamamu sekarang, karena waktu tidak mengenal frasa “tunggu sebentar”. Jika tidak sekarang, maka tidak selamanya. Kamu harus berani melangkah, berjuang untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan,” ucap dia. ***