RADARBANDUBG.id, BANDUNG – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Kelompok Keahlian Bioteknologi Mikroba menggelar pelatihan keterampilan berbasis bioteknologi mikroba untuk pegawai ITB yang akan memasuki masa purnabakti di Gedung Labtek XI Kampus ITB, Minggu (3/8/2025).
Kegiatan yang berlangsung sehari ini bertujuan membekali peserta dengan keterampilan praktis agar tetap produktif pascapensiun, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pemanfaatan teknologi mikroba.
Ketua Kelompok Keahlian Bioteknologi Mikroba: Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang biasanya menyasar daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Kali ini, kami fokus pada pegawai ITB yang akan pensiun untuk memberikan bekal keterampilan guna memulai usaha mandiri,” ujarnya saat diwawancarai di sela acara.
Pelatihan diikuti 25 pegawai dari berbagai unit di ITB, meskipun beberapa berhalangan hadir namun digantikan peserta lain. Pelatihan mencakup empat materi utama yang dirancang untuk diterapkan dalam skala rumah tangga dengan modal terjangkau.
Pertama, budidaya ikan nila dengan sistem resirkulasi yang efisien dalam penggunaan air. Kedua, pembuatan yoghurt melalui teknik fermentasi berbasis mikroba sebagai peluang usaha sampingan, terutama bagi ibu-ibu.
Ketiga, pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos menggunakan metode Takakura yang memanfaatkan mikroba untuk menguraikan sampah organik, mendukung pengurangan tumpukan sampah.
Keempat, produksi pupuk cair dari sampah organik untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah. “Dengan bantuan mikroba, sampah organik dapat diolah di rumah untuk mendukung keberlanjutan lingkungan,” jelas Prof. Pingkan.
Ia menambahkan, bioteknologi mikroba melibatkan pemanfaatan mikroorganisme untuk mengolah bahan menjadi produk bernilai tinggi, seperti probiotik untuk budidaya ikan, biofilter untuk pengolahan air, inokulan untuk pengomposan, hingga makanan fermentasi.
“Pelatihan ini menjadi awal, dan peserta dapat berkonsultasi kapan saja. Kami akan memantau perkembangan usaha mereka,” katanya.
Peserta menyambut antusias dan berharap kegiatan serupa diadakan rutin. Sementara itu, Dosen Narasumber Prof. Dr. Gede Suantika, S.Si., M.Si., menambahkan bahwa teknologi budidaya ikan yang diajarkan menggunakan sistem resirkulasi atau hibrid yang ramah lingkungan.
“Sistem ini tidak memerlukan lahan luas atau sumber air besar, cocok untuk usaha kecil menengah di halaman rumah,” ujarnya.
Air diolah dengan biofilter berbasis mikroba untuk mendegradasi senyawa beracun, seperti amonia, sehingga dapat digunakan berulang kali.
“Sistem ini memungkinkan kepadatan stok ikan lebih tinggi, meningkatkan hasil panen dibandingkan metode konvensional,” katanya.
Menurut Prof. Gede, teknologi ini fleksibel untuk berbagai jenis air tawar, payau, maupun laut dan mendukung produksi protein untuk kebutuhan pribadi atau pendapatan tambahan.
Pendampingan lanjutan akan dilakukan selama 2-3 siklus produksi untuk memastikan peserta mampu menjalankan usaha secara mandiri.
“Pendampingan ini bagian dari misi pengabdian masyarakat ITB, bukan hanya pelatihan sekali jadi. Kami dampingi hingga usaha mereka berjalan dan menghasilkan profit,” tegasnya.
Ia menambahkan, budidaya ikan nila sejalan dengan budaya masyarakat Jawa Barat, menjadikan pelatihan ini relevan dan potensial. Kegiatan ini mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pengelolaan sampah dan efisiensi sumber daya. (*)
Live Update
- Marc Klok Suka Desain Jersey Baru Persib Bandung, Targetkan Hattrick Juara 5 jam yang lalu
- Realisasi Investasi Kuartal II/2025 di Jabar Impresif 6 hari yang lalu