News

Coklat Kita Tanamkan Budaya Kelola Sampah, Edukasi Berbasis Aksi di Lingkungan Urban

Radar Bandung - 04/08/2025, 07:24 WIB
Ferry
Ferry
Tim Redaksi
Coklat Kita Tanamkan Budaya Kelola Sampah, Edukasi Berbasis Aksi di Lingkungan Urban
Praktek pembuatan kompos organik metode takakura di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Iman Jl. Cibaduyut Raya, Kelurahan Cibaduyut Wetan, Kecamatan Bojongloa Wetan, Kota Bandung, Minggu (3/8). (Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

 

RADARBANDUNG.id – Program edukasi lingkungan berbasis pesantren kembali digelar Coklat Kita di Kota Bandung. Kali ini, Pondok Pesantren Nurul Iman menjadi tuan rumah kegiatan literasi sampah, sebagai titik ke-7 dari total 15 pondok pesantren yang ditargetkan di Jawa Barat.

Perwakilan dari Coklat Kita, Yudi Wate Angin menjelaskan dipilihnya Pondok Pesantren Nurul Iman bukan tanpa alasan. Selain memiliki jumlah santri yang besar, mencapai 2.000 orang, pondok ini juga dinilai strategis sebagai representasi wilayah urban Kota Bandung. Potensi tersebut, Coklat Kita melihat peluang besar untuk menciptakan agen-agen perubahan yang mampu menularkan kesadaran pengelolaan sampah, baik di dalam lingkungan pondok maupun ke masyarakat luas.

“Pesantren ini sangat representatif. Bukan hanya dari jumlah santri, tapi juga dari potensi peran strategisnya di kawasan perkotaan. Kami ingin menanamkan nilai edukatif sampah, baik organik maupun anorganik, bukan sekadar limbah. Jika dikelola dengan benar, bisa menjadi sumber daya yang bermanfaat,” ujar Yudi Wate Angin di Pondok Pesantren Nurul Iman, Jl. Cibaduyut Raya Blok TVRI III, Kelurahan Cibaduyut Wetan, Kecamatan Bojongloa Wetan, Minggu (3/8/2025).

Yudi Wate pun mengungkapkan kegiatan edukasi Coklat Kita melibatkan berbagai pihak, mulai dari pengurus pesantren, para santri, hingga mahasiswa Universitas Padjadjaran. Mereka hadir sebagai fasilitator untuk memberikan pelatihan mengenai pengelolaan sampah, terutama aspek pemilahan, pengolahan, dan pemanfaatan kembali.

Ia menambahkan untuk limbah organik, peserta diajarkan cara mengelolanya menjadi kompos dan pupuk alami. Sementara untuk limbah anorganik, pelatihan diberikan oleh praktisi lingkungan dari komunitas yang fokus pada daur ulang kreatif dan pemanfaatan barang bekas menjadi produk bernilai.

“Seluruh titik, termasuk di Nurul Iman, kami libatkan mahasiswa Unpad secara aktif. Mereka tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga turun langsung dalam sesi praktikum, sehingga santri benar-benar bisa merasakan manfaatnya,” ungkap Yudi.

Yudi Wate Angin mengungkapkan Coklat Kita secara terbuka menyampaikan tidak semua pesantren bisa dijangkau dalam satu program. Oleh karena itu, 15 titik yang dipilih, termasuk Nurul Iman, diarahkan menjadi model pesantren berbasis lingkungan, yang diharapkan bisa ditiru oleh pesantren lain di sekitarnya.

“Program ini tidak bisa menjangkau semua pesantren di Jabar, jumlahnya ribuan. Tapi dari 15 titik ini, kami ingin muncul contoh. Nurul Iman, misalnya, bisa jadi inspirasi pesantren lain dalam membentuk budaya bersih, tanggap lingkungan, dan kreatif dalam pengelolaan sampah,” ungkap Yudi.

Yudi Wate Angin menambahkan Pondok Pesantren Nurul Iman, program Coklat Kita, menjadi contoh konkret kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan pesantren dalam menjawab tantangan besar pengelolaan sampah di wilayah urban. Dengan menyasar kalangan santri, generasi masa depan umat, harapan baru untuk lingkungan yang bersih dan lestari mulai ditanamkan dari tempat yang penuh nilai spiritual dan sosial.

Perwakilan Pondok Pesantren Nurul Iman, H. Muhammad Fuad Syafi’i, menyampaikan apresiasi mendalam atas kegiatan ini. Menurutnya, selain menjadi ajang silaturahmi antarpondok pesantren, kegiatan ini memberi manfaat besar dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan santri dan pengurus.

“Kami sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari program ini. Edukasi seperti ini sangat langka, dan ketika menyasar lingkungan pesantren, dampaknya bisa sangat luas. Kami akan teruskan ilmunya kepada seluruh santri. InsyaAllah, ini akan jadi budaya baru di Nurul Iman,” ujar Fuad.

Menurutnya, selama ini pesantren sudah menjalankan sistem kebersihan dengan memilah sampah organik dan anorganik. Namun, melalui kegiatan Coklat Kita, para pengurus mendapatkan wawasan baru, limbah juga bisa diolah menjadi sesuatu yang produktif, bahkan bernilai ekonomi.

“Sebelumnya, sampah hanya dipilah. Tapi sekarang kami mulai melihat ada potensi yang lebih besar. Kegiatan ini membuka wawasan kami. Mulai dari pengetahuan dasar hingga praktik pengolahan lanjutan. Ini sangat bermanfaat,” tambah Fuad.

Selanjutnya, Fuad pun mengungkapkan sejak didirikam tahun 1997 oleh KH. Khoerudin Aly, Pondok Pesantren Nurul Iman kini menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di wilayah Bandung selatan. KH. Khoerudin Aly sendiri merupakan tokoh ulama kharismatik yang kini menjabat sebagai Rois Suriyah Nahdlatul Ulama Kota Bandung.

Ia menambahkan sejak 2019, Nurul Iman menempati bangunan baru setelah lokasi lama mereka tergusur akibat proyek kereta cepat. Namun, semangat dan komitmen pendidikan tidak surut. Bahkan, momentum perpindahan itu justru memperkuat semangat pembaruan, termasuk dalam bidang pengelolaan lingkungan dan pengabdian masyarakat.

Perwakilan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman, H. Muhammad Fuad Syafi’i menyampaikan ucapan selamat datang kepada santri dan santriyah juga perwakilan dari karang taruna dan masyarakat yang telah hadir dalam acara Coklat Kita Silatusantren, Perwakilan dari Ponpes Sukamiskin, Khozanaturrohmah, Perwakilan dari Ponpes Al Huda, Al Istiqomah Wanasari, Perwakilan dari Ponpes Margasari Cijaura, Al Munawwaroh, Daar At Taubah, Sirnamiskin, Majelis Wakil Cabang Se-Kota Bandung.

Selain itu, Sekretaris PCNU, K.H. lik Abdul Chalik menambahkan Coklat Kita Silatusantren membawa pengaruh dan manfaat sangat besar.

“Sudah 80 Tahun Indonesia Merdeka masih berkutat dengan masalah sampah, kegiatan Coklat Kita mengajarkan seluruh warga Kota Bandung bagaimana menciptakan sampah menjadi bermanfaat. Terima kasih kepada Coklat Kita yang terus berkolaborasi,” ungkap Iik.

Iik pun mengungkapkan bagaimana umat Islam dan ponpes, Coklat Kita terus bersilaturahmi lewat Silatusantren, dulu extra religi potensi santri membuat gebrakan dan dikemas oleh Coklat Kita menjadi potensi lebih besar.(dsn)


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.