Penjual Takjil di Masa Corona: Terpaksa Tetap Berjualan Meskipun Ada Rasa Takut
RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Jelang berbuka Puasa, ruas jalan Ir. Juanda, tepatnya depan pasar Simpang Dago, masih tampak pemandangan pedagang dan warga sekitar yang berburu takjil di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). .
Baca Juga: PSBB, Walkot Bandung Larang Warga Ngabuburit dan Buka Puasa Bersama
Ada sekitar 50 pedagang yang berjejer menjajakan dagangan mereka di sekitaran Pasar Simpang Dago itu, Minggu (26/4/2020).
Kebanyakan pedagang menjajakan takjil yang umumnya dijual saat Ramadan, seperti kolak, sop buah, kurma dan kudapan khas Ramadan lainnya.
Baca Juga: Masa Siswa Bandung Belajar di Rumah Diperpanjang Hingga 16 Mei
Sejumlah pedagang mengaku, kemeriahan Ramadan kali ini kalah jauh dibandingkan Ramadan tahun lalu.
Menurut salah satu pedagang, Dewi (38), menjelang berbuka puasa di awal Ramadan tahun lalu, keramaian pengunjung di lokasi ini bisa sampai menyebabkan kemacetan arus lalu lintas.
“Sekarang lumayan ramai. Tapi jauh kalau dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Dewi, yang telah hampir selama tiga tahun berjualan di lokasi itu, mengaku cemas saat harus tetap berjualan di tengah pandemi. Namun, terpaksa tetap berjualan karena kondisi keuangan.
“Jadi bingung. Dibilang takut, ya takut. Tapi ada kebutuhan yang juga menedesak,” ungkap Dewi yang saat berjualan tetap mengenakan masker.
Dewi mengaku, pandemi turut memengaruhi penjualan kolaknya. Meski tak menyebut angka pastinya, namun Dewi mengakui pendapatannya menurun dibanding tahun lalu.
“Ada berbedaan. Sekarang pendapatan jadi berkurang,” aku Dewi. “Saya berharap Covid-19 segera berakhir. Jadi bisa ramai kembali,” imbuhnya.
Seorang pembeli, Wahyu (24) beralasan memilih keluar untuk membeli takjil demi menghemat.
“Bukan saya tidak takut dengan Covid-19, tapi kalau pesan (ojol) nanti uang saya cepat habis,” kata Wahyu.
Baca Juga: Petugas Temukan 18 Ribu Pelanggaran, 2.524 Kali Bubarkan Kerumunan, Walkot Bandung Perketat PSBB
“Karena tempat kos saya tak jauh dari sini. Jadi, keluar saja. Lagi pula hanya sebentar, beli makanan saja, langsung balik lagi, ” tambahnya.
Saat ditanya mudik, Wahyu yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur dengan berat hati memutuskan untuk tak pulang kampung tahun ini. Ia khawatir jika memaksakan mudik akan membahayakan keluarganya di desa.
“Takut bawa penyakit. Saya berharap kondisi reda. Jika reda, saya akan langsung pulang,” pungkasnya.
(muh)