Semangat positif masih terlihat di kalangan sopir angkot. Mereka menyambut baik inovasi jika memang membawa perubahan positif bagi kesejahteraan mereka.
Dalam setiap perubahan, sopir angkot akan menjadi pihak pertama yang diajak berdialog. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyadari kekhawatiran para sopir terhadap perubahan sistem trayek dan izin yang selama ini memiliki nilai ekonomi tersendiri.
Rancangan rencana penerapan sistem tap ini menjadi bagian dari transformasi besar-besaran terhadap transportasi publik di Kota Bandung.
Trayek angkot yang sudah ada sejak tahun 1984 itu tidak pernah mengalami perubahan.
Krisis kemacetan di Bandung juga dipicu oleh rendahnya kualitas transportasi publik. Berdasarkan data, jumlah penduduk Kota Bandung saat ini mencapai 2,6 juta jiwa, sementara jumlah kendaraan pribadi berpelat D mencapai 2,3 juta unit.
Selain proyek BRT, Pemerintah Kota Bandung juga tengah merintis inisiatif lain, yakni program Angkot Pintar. Program ini merupakan upaya revitalisasi angkutan kota agar lebih modern, terjadwal, dan ramah pengguna.
Inisiatif ini menjadi langkah strategis untuk membenahi wajah transportasi publik di Kota Bandung tanpa membebani APBD. Mengajak pelaku industri, koperasi angkot, dan pengembang sistem untuk menjalin kolaborasi dalam mempercepat implementasi Angkot Pintar.
Program ini juga dirancang sebagai ruang kolaborasi antara Pemkot dengan berbagai pihak. Pemkot memastikan koperasi angkot seperti Kopamas, Kobutri, dan Kobanteng, serta kalangan akademisi dan pelaku usaha lokal akan dilibatkan dalam penyusunan model bisnis hingga uji coba aplikasi.
Guna melancarkan perubahan transportasi ini, Rasdian mengatakan pihaknya sudah melakukan audiensi dengan pengusaha angkot. Salah satu masukan dari hasil audiensi tersebut adalah pihak angkot mangaku sudah siap untuk uji coba dan bersedia melakukan audiensi lebih lanjut.
Semangat positif masih terlihat di kalangan sopir angkot. Mereka menyambut baik inovasi jika memang membawa perubahan positif bagi kesejahteraan mereka.
Dalam setiap perubahan, sopir angkot akan menjadi pihak pertama yang diajak berdialog. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyadari kekhawatiran para sopir terhadap perubahan sistem trayek dan izin yang selama ini memiliki nilai ekonomi tersendiri.
Rancangan rencana penerapan sistem tap ini menjadi bagian dari transformasi besar-besaran terhadap transportasi publik di Kota Bandung.
Trayek angkot yang sudah ada sejak tahun 1984 itu tidak pernah mengalami perubahan.
Krisis kemacetan di Bandung juga dipicu oleh rendahnya kualitas transportasi publik. Berdasarkan data, jumlah penduduk Kota Bandung saat ini mencapai 2,6 juta jiwa, sementara jumlah kendaraan pribadi berpelat D mencapai 2,3 juta unit.
Selain proyek BRT, Pemerintah Kota Bandung juga tengah merintis inisiatif lain, yakni program Angkot Pintar. Program ini merupakan upaya revitalisasi angkutan kota agar lebih modern, terjadwal, dan ramah pengguna.
Inisiatif ini menjadi langkah strategis untuk membenahi wajah transportasi publik di Kota Bandung tanpa membebani APBD. Mengajak pelaku industri, koperasi angkot, dan pengembang sistem untuk menjalin kolaborasi dalam mempercepat implementasi Angkot Pintar.
Program ini juga dirancang sebagai ruang kolaborasi antara Pemkot dengan berbagai pihak. Pemkot memastikan koperasi angkot seperti Kopamas, Kobutri, dan Kobanteng, serta kalangan akademisi dan pelaku usaha lokal akan dilibatkan dalam penyusunan model bisnis hingga uji coba aplikasi.
Guna melancarkan perubahan transportasi ini, Rasdian mengatakan pihaknya sudah melakukan audiensi dengan pengusaha angkot. Salah satu masukan dari hasil audiensi tersebut adalah pihak angkot mangaku sudah siap untuk uji coba dan bersedia melakukan audiensi lebih lanjut.
Semangat positif masih terlihat di kalangan sopir angkot. Mereka menyambut baik inovasi jika memang membawa perubahan positif bagi kesejahteraan mereka.
Dalam setiap perubahan, sopir angkot akan menjadi pihak pertama yang diajak berdialog. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyadari kekhawatiran para sopir terhadap perubahan sistem trayek dan izin yang selama ini memiliki nilai ekonomi tersendiri.
Rancangan rencana penerapan sistem tap ini menjadi bagian dari transformasi besar-besaran terhadap transportasi publik di Kota Bandung.
Trayek angkot yang sudah ada sejak tahun 1984 itu tidak pernah mengalami perubahan.
Krisis kemacetan di Bandung juga dipicu oleh rendahnya kualitas transportasi publik. Berdasarkan data, jumlah penduduk Kota Bandung saat ini mencapai 2,6 juta jiwa, sementara jumlah kendaraan pribadi berpelat D mencapai 2,3 juta unit.
Selain proyek BRT, Pemerintah Kota Bandung juga tengah merintis inisiatif lain, yakni program Angkot Pintar. Program ini merupakan upaya revitalisasi angkutan kota agar lebih modern, terjadwal, dan ramah pengguna.
Inisiatif ini menjadi langkah strategis untuk membenahi wajah transportasi publik di Kota Bandung tanpa membebani APBD. Mengajak pelaku industri, koperasi angkot, dan pengembang sistem untuk menjalin kolaborasi dalam mempercepat implementasi Angkot Pintar.
Program ini juga dirancang sebagai ruang kolaborasi antara Pemkot dengan berbagai pihak. Pemkot memastikan koperasi angkot seperti Kopamas, Kobutri, dan Kobanteng, serta kalangan akademisi dan pelaku usaha lokal akan dilibatkan dalam penyusunan model bisnis hingga uji coba aplikasi.
Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
