RADARBANDUNG.id, CIMAHI- Untuk mengingatkan masyarakat agar peduli terhadap lingkungan sekitar, Warga Adat Kampung Cireundeu kembali melaksanakan peringatan tragedi longsor yang terjadi 14 tahun silam.
Kala itu, sedikitnya 157 warga Cireundeu tertimbun longsoran sampah yang diakibatkan ledakan gas metan yang terakumulasi ribuan ton sampah.
Sesepuh Kampung Cireundeu, Asep Abas mengatakan, kegiatan yang rutin dilaksanakannya itu, bukan sekedar memanfaatkan momen Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) saja.
Kegiatan itu sekaligus mendoakan para leluhur dan warga yang menjadi korban bencana longsor. “Intinya, kami tidak peristiwa serupa terulang lagi. Masyrakat juga harus lebih peduli terhadap lingkungannya,” kata Asep.
Meski peristiwa longsor yang memakan ratusan korban jiwa itu telah berlalu, warga Kampung Cireundeu sangat menyayangkan sikap dari pemerintah, yang hanya mampu mengimbau lewat kegiatan seremonial.
Warga selama ini menilai HPSN, dampaknya tidak terasa. Bahkan, Pemerintah Kota Cimahi sendiri, sempat berencana membangun kembali Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di lokasi yang sudah nyata tidak bisa lagi digunakan untuk menampung sampah.
“Sampai kapanpun peristiwa ini akan jadi luka sekaligus peringatan bagi manusia yang serakah, karena tidak memikirkan dampak buruknya,” ujarnya.
Ia menegaskan, sudah cukup warga Cireundeu menderita selama lebih dari 20 tahun karena lokasi tempat tinggal mereka dijadikan tempat pembuangan akhir dengan sistem pengelolaan yang tidak ramah lingkungan.
Selain lingkungan menjadi tidak sehat, efek negatif lainnya adalah kesan yang dari orang lain yang menganggap jika kampung adat Cireundeu justru identik sebagai tempat sampah, buka kampung adat.
“Warga sangat keberatan kalau ada yang buang sampah disini, kami akan mati-matian menolak,” jelasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, Muhamad Ronny, mengatakan dengan HPSN, pihaknya akan berusaha mengurangi volume sampah di Kota Cimahi.
“Sekarang kan volume sampah itu 300 ton sehari, sudah sangat berlebihan. Harus bisa dikurangi, minimal 5 persen setiap tahunnya.
Soal kekhawatiran warga mengenai rencana reaktifasi kembali TPA Leuwigajah, ia mengatakan tak ada rencana tersebut. “Memang kita kekurangan TPS, tapi untuk mengaktifkan lagi TPA agar ada tempat pembuangan sepertinya tidak,” tegasnya. (Whisnu Pradana)
Baca Juga:
- Wali Kota Nonaktif Cimahi Ajay M. Priatna Divonis 2 Tahun Penjara
- KPK Ajukan Banding Vonis 2 Tahun Penjara Wali Kota Nonaktif Cimahi Ajay Priatna
- Segini Besaran Anggaran Revitalisasi Stadion Sangkuriang Kota Cimahi