RADARBANDUNG.id, NGAMPRAH – Pemkab Bandung Barat melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Bandung Barat (KBB), akan segera mendistribusikan alat kontrasepsi berupa jenis suntik, pil, hingga kondom di 16 kecamatan tahun ini.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KBB Asep Wahyu menyebutkan, saat ini total pasangan usia subur (PUS) mencapai angka 321.519 pasangan.
Sementara, peserta aktif program keluarga berencana (KB) atau akseptor, baru tercapai diangka 236.081 pasangan atau baru tercapai 73,43 persen melebihi target nasional dan Jawa Barat.
“Peserta aktif program KB saat ini mencapai 236.081 PUS. Tahun ini ada tambahan PPM (perkiraan permintaan masyarakat) sekitar 36.000 PUS baru. Artinya ada penambahan peserta baru yang harus kami layani. Makanya untuk ketersedian alat kontrasepsi aman sesuai peserta KB (mencapai ratusan ribu),” ujar Asep Wahyu didampingi oleh Kabid Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Aam Lia ditemui di kantornya, Senin (25/02/2019).
Dia menjelaskan, Peserta KB terbanyak di Lembang dan Ngamprah. Sementara, terkecil ada di wilayah Saguling dan Rongga. Sedangkan mengenai distribusi alat kontrasepsi saat ini sudah disalurkan ke setiap fasilitas kesehatan seperti puskesmas di setiap kecamatan.
“Terus bertambahnya permintaan alat kontrasepsi setiap tahunnya tak terlepas dari adanya migrasi ke Bandung Barat. Seperti hadirnya sektor perumahan, ataupun nanti ada proyek Kereta Cepat sehingga banyak menjadi warga Bandung Barat. Itu jadi sasaran kami sebagai peserta KB baru,” ungkapnya.
Untuk pendataan tahun ini kata dia, akan dilakukan oleh pemerintah daerah, berbeda dengan tahun sebelumnya dimana perolehan data peserta KB hanya merujuk pada data provinsi.
Menurutnya, peserta KB di Bandung Barat juga tidak sepenuhnya menggunakan alat kontrasepsi. Namun, ada juga dengan metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). Sebut saja seperti untuk pria dilakukan dengan cara vasektomi atau operasi kecil.
“Untuk non alat kontrasepsi ini kan masuknya metode jangka panjang bisa bertahun-tahun. Walaupun memang faktanya saat ini penggunaan alat kontrasepsi lebih besar khususnya untuk jenis suntik,” ungkapnya.
Selain terus melakukan sosialisasi peserta KB untuk menggunakan alat kontrasepsi, pihaknya juga fokus mengkampanyekan soal kesehatan reproduksi atau kespro pada wanita. Hal itu penting agar memberikan dampak positif bagi pasangan usia subur.
“Memang masih ada wanita yang menikah diusia 19 tahun atau dulu bahkan ada yang sampai di bawah 17 tahun sudah menikah. Itu jadi sasaran kami agar kespro ini bisa dipahami sesuai dengan idealnya usia menikah. Kami libatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat,” katanya.