RADARBANDUNG.ID, “Awas ulah ameng wengi teuing, bilih Kuma Onam.” Begitu para orang tua atau orang-orang dewasa dahulu mengingatkan anaknya bila hendak main atau keluar rumah.
Wargi tanah Pasundan pasti tidak asing dengan sosok Ma Onam. Para orang tua sering menyebutkannya saat memberikan wejangan.
Lalu, siapakah Ma Onam sampai semua anak-anak zaman dahulu takut dan patuh mendengar wejangan orang tua bila menyebut nama tersebut?
“Kumaha Onam,” begitu seharusnya kata tersebut diucapkan. Bukan Ma Onam atau Ku Ma Onam. Namun dalam pengucapan Bahasa Sunda sering terjadi penyingkatan patahan kata sehingga kita sering mendapatkan kata tersebut menjadi Kuma Onam dalam sebuah kalimat.
Kumaha Onam terdiri dari 2 Suku Kata yaitu Kumaha yang memiliki arti bagaimana, apabila, apa-apa serta apa dan Onam.
Unik nya kata ‘Onam’ akan tidak memiliki arti saat berpisah dengan ‘Kumaha’. ‘Kumaha Onam’ bisa dibilang menjadi satu kata Sifat yang memiliki arti ; hal yang kurang baik atau bisa jadi celaka.
Memang banyak yang bertanya tentang Ma Onam. Sebagian bahkan menyangka Ma Onam adalah sosok manusia. Sehingga muncul guyonan, Ma Onam tea galak (hati hati Ma Onam itu Galak).
Guyonan yang turun temurun tersebut memang mengubah Ma Onam menjadi sosok seseorang. Anak-anak pun takut terhadap Ma Onam. Para orang tua pun tak jarang memanfaatkan Ma Onam agar anak-anak patuh.
Demikian kisah Ma Onam, sosok penjaga dan kontrol. Ia menjadi oahlawan bagi oara orang tua.
Nah para wargi yang mau mudik jangan lupa berdoa dan persiapkan semua sebaik mungkin. Jaga kesehatan sehingga bisa berkumpul dengan keluarga tercinta.
Oh iya, kade ulah hilap, teu kenging ngebut bilih kumaha onam!
Sumber: Humas Pemkot Bandung