RADARBANDUNG.id, CIMAHI – Semakin hari air di sungai Cijangel semakin menyusut. Tak nampak lagi air yang mengalir di sungai yang terletak di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) itu. Hanya batu dan pasir yang terlihat sejak tiga minggu belakangan ini.
Keringnya mata air tersebut sangat berdampak terhadap pasokan air di tiga wilayah. Air yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtaraharja itu, selama ini, diandalkan untuk mengairi Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi.
Akibatnya, debit air yang dialirkan ke PDAM Tirta Raharja, sebesar 166 liter perdetik, kini turun hampir setengahnya, menjadi 80 liter perdetik.
Salah satu daerah yang mengalami kekurangan pasokan air yakni di Jalan Sadarmanah, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Hampir sebulan lamanya, warga sekitar kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Sejauh ini, untuk memenuhi kebutuhan air, warga sudah memanfaatkan persiapan dengan menampung air menggunakan tong besar, atau mengambil air dari sumur artesis di masjid maupun kantor RW.
Salah seorang warga Sadarmanah, Tuti Restuti mengaku sudah tiga minggu belakangan, pasokan air bersih PDAM Tirta Raharja tidak dirasakan warga secara penuh. Suplai air dari PDAM selama kemarau dibatasi.
“Kalau full mengalir 24 jam sudah tidak pernah selama hampir 3 minggu ini. Kalau ngalir paling jam 1 malam sampai jam 4 pagi. Setelahnya mati lagi,” ujar Tuti.
Sementara itu, Ketua RW 13 Sadarmanah, Momon Suparlan menambahkan, selama musim kemarau ini warga sudah mulai mengeluh kekurangan air, bahkan sebagian rumah warga ada yang tidak mendapatkan air.
“Sekarang kami mau minta dikirim air ke PDAM,” kata Momon.
Kendati demikian, pihak PDAM Tirta Raharja mengklaim debit air di Sungai Cigangel masih cukup untuk mengairi tiga wilayah yang menjadi tanggungjawab pihak pengelola.
Humas PDAM Tirta Raharja, Sri Hartati mengatakan, saat ditelusuri ke aliran sungai, sebetulnya aliran air masih cukup deras. Hanya saja, terlalu banyaknya pipa paralon yang menyedot air, akibatnya pembagian tidak merata.
“Memang masih mengalir kalau dari hulu sungainya, tapi ada penurunan. Apalagi banyak pipa yang menyedot air dari aliran Sungai Cijanggel. Pipa warga sama pipa pihak swasta berebut air, termasuk yang PDAM juga,” ujar Tati.
Mengingat kemarau masih panjang, pihaknya memprediksi kemungkinan debit air yang diolah mengalami penurunan hingga 50 liter perdetik.
“Karena prediksi kemarau sampai Oktober, sepertinya akan ada penurunan sampai ke 50 liter perdetik. Tapi warga bisa minta suplai ke PDAM, ada tangki yang disiapkan, sekitar 4 sampai 6 tangki kapasitas 5000 liter,” pungkasnya.