RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Di Indonesia tak banyak lembaga pendidikan mulai dari tingkat sekolah menengah atas (SMA/SMK) hingga perguruan tinggi yang memiliki konsentrasi pada ilmu tekstil. Padahal selama ini industri tekstil disebut sebagai salah satu pilar yang mampu menggerakkan perekonomian Indonesia.
Di tengah gejolak tekstil dalam negeri, Politeknik STTT Bandung atau dulu lebih akrab disebut Institut Teknologi Tekstil (ITT/STTT) merupakan satu di antara beberapa lembaga pendidikan yang berupaya menjaga marwah tekstil di Indonesia tetap berjaya baik di tingkat nasional maupun global.
Albert Fanggidae, salah satu alumni STTT mengatakan, sistem pendidikan di sebuah lembaga merupakan hal penting dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidangnya. Ketika SDM memiliki kualitas baik dan bisa diterima industri secara optimal, maka STTT bisa menjadi kampus favorit.
Sayangnya kondisi tersebut kurang terealisasi. STTT Bandung beberapa tahun ke belakang tidak menjadi kampus favorit dan bergengsi bagi mereka para pendaftar. Bahkan kampus ini terkesan menjadi pilihan terakhir bagi para calon mahasiswa.
Menurut Albert, selain lembaga pendidikan itu sendiri; peran ikatan alumni (IKA) sebenarnya bisa mendorong perbaikan SDM tersebut. Sebab para alumni ini lebih paham apa yang dibutuhkan sektor industri. Berbagai program pun bisa diberikan kepada mahasiswa yang akan lulus agar bisa memiliki kemampuan dan keahlian sesuai kebutuhan lapangan pekerjaan.
“Maka IKA seharusnya memiliki peran di berbagai sektor lembaga pendidikan termasuk memperbaiki mutu SDM yang akan berkecimpung di berbagai sektor pekerjaan,” ujar Albert akhir pekan kemarin.
Dari kacamata pribadi, Albert menilai peran IKA ITT-STTT sejauh ini memang kurang optimal. Keberadaan IKA dengan berbagai program yang dimiliki tak mampu menyentuh seluruh elemen baik di dalam kampus maupun para alumnusnya. Padahal, IKA seharusnya mampu menaungi seluruh alumni dari angkatan senior hingga mereka yang baru lulus dalam perkuliahan.
Indikasi ketidakmampuan pengurus IKA ITT-STTT merangkul alumni dalam beberapa tahun ke belakang terlihat dari minimnya keterlibatan alumni dari setiap acara yang diadakan. Kekurangan IKA dalam merangkul setiap lulusan kampus membuat IKA saat ini dipandang sebelah mata.
“Ini organisasi seperti dijalankan kurang serius. Hanya sekadar ada. Yang jadi ketua sekadar ketua, tapi tidak berfungsi secara baik,” papar Albert.
Program IKA, lanjut Albert, juga seakan-akan berjalan apa adanya. Dengan lulusan ITT-STTT yang sangat banyak, kegiatan IKA justru hanya bisa mendatangkan orang-orang yang sama. Padahal program IKA seharusnya bisa dirasakan oleh mereka semua alumni kampus baik yang terlibat dalam industri tekstil maupun non-tekstil.
Melihat kondisi ini, Albert yang juga merupakan Direktur Utama PT Boehme Indonesia ini, tergerak untuk membangun kekuatan IKA ITT-STTT yang berdampak pada sesama dan mampu berbicara di kancah nasional. Albert saat ini mencalonkan diri maju sebagai calon ketua IKA ITT-STTT periode 2019-2023. Bersama dengan pasangannya, Dinar Sudianto, keduanya resmi mencalonkan sebagai calon ketua dan sekretaris jenderal IKA ITT-STTT.
IKA ITT-STTT Harus Bermain di Tatanan Kebijakan
Selain membantu membangun SDM lulusan pendidikan tinggi, IKA ITT-STTT semestinya bisa berperan dalam setiap kebijakan yang berdampak pada industri tekstil khususnya. Untuk persoalan program pemerintah, misalnya, Citarum Harum, IKA ITT-STTT harus bisa bersuara banyak. Musababnya, ikatan alumni ini banyak yang bekerja di industri tekstil dan tahu lebih detail apa saja yang harus dilakukan agar keinginan pemerintah dalam memperbaiki aliran sungai Citarum tidak berdampak pada perkembangan industri tekstil di sekitar sungai tersebut.
“Sekarang tidak ada perwakilan alumni dalam kebijakan itu, tidak ada perannya, padahal alumni kita kerjanya banyak di pertekstilan,” kata dia.
Kebijakan program Citarum Harum, lanjut Albert, bagai dua mata pisau. Jika program ini tidak dijalankan maka sungai Citarum bisa semakin rusak. Namun, jika program ini hanya menyasar agar produksi industri ditekan sehingga limbah tidak banyak dibuang ke sungai, pun kurang tepat.
Peran IKA ITT-STTT semestinya hadir di sini. Bagaimana para alumninya bisa memberikan masukan agar program pemerintah bisa berjalan tanpa merusak iklim usaha sektor industri.
“Karena permasalahan ini sebenarnya ada di hulu, saat pabrik susah mengolah limbah produksi. Tapi kalau langsung dipaksa tidak produksi maka bisa berdampak pada pengangguran,” ujarnya.
Persoalan ini hanya segelintir hal yang di dalamnya tidak ada kontribusi IKA ITT-STTT. Padahal dengan bersuara maka bisa jadi kebijakan pemerintah di sektor tekstil bisa mengakomodir kepentingan para pelaku industri tersebut.
Dengan mencalonkan diri sebagai ketua IKA ITT-STTT selanjutnya, Albert memiliki mimpi besar agar organisasi ini mampu berperan penting dalam setiap pengambilan kebijakan baik di pusat maupun di daerah. Sehingga para lulusan kampus ini tidak hanya jadi pelaksana kebijakan, tapi bisa ikut serta memengaruhi kebijakan yang berdampak positif bagi industri tekstil.
“Organisasi ini harus bermain di tatanan kebijakan, jangan main di tingkat bawah,” kata Albert.
Terkait dengan kepedulian terhadap organsasi IKA ITT-STTT, Albert memastikan siap mendedikasikan diri secara penuh. Sebagai organisasi nirlaba, IKA ITT-STTT memang membutuhkan dukungan moral maupun materil, termasuk waktu yang lebih banyak dari para pengurus khususnya seorang ketua.
Pengalaman membangun lembaga pendidikan bernama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Yayasan Cahaya Kahuripan Bangsa, membuat Albert tidak akan asal-asalan memajukan ikatan alumni ini.
“Saya sudah menjalankan lembaga ini selama 10 tahun, dari awalnya kita menghidupi sendiri dari modal peroranga hingga sekarang mendapat bantuan dari pemerintah. Nah ini juga yang ingin saya lakukan di IKA ITT-STTT,” paparnya.
Membuat Aplikasi yang Memudahkan Alumni Berbagi Informasi Perkembangan Indusri Tekstil
Hal yang juga ingin dikembangkan Albert dan Dinar jika terpilih memimpin IKA ITT-STTT adalah membuat sebuah aplikasi tekstil untuk bisa digunakan mahasiswa dan para alumni. Dalam aplikasi ini nantinya akan ada informasi mengenai database alumni secara detail, kemudian berbagai lowongan pekerjaan, hingga perkembangan industri tekstil.
“Jadi banyak informasi di situ (aplikasi). Kontennya nanti bisa bermacam-macam dan tujuannya memang memberika kemudahan informasi untuk mahasiswa terutama alumni juga,” papar Albert.
Menurutnya, pembuatan aplikasi ini memang tidak mudah dan untuk menjalankannya perlu orang. Meski demikian, modal yang dikeluarkan tidak seberapa dibandingkan dengan manfaat ke depannya untuk perkembangan alumnus ITT-STTT.
Dengan aplikasi ini pula, diyakini semakin banyak alumni terhubung satu sama lain. Harapannya jaringan tersebut semakin memperkuat kekuatan IKA ITT-STTT, dan mampu memberi manfaat untuk seluruh alumni kampus.