News

Belum Semua Jenis Ular Ditemukan Anti Racun

Radar Bandung - 22/07/2019, 11:27 WIB
Oche Rahmat
Oche Rahmat
Tim Redaksi
Belum Semua Jenis Ular Ditemukan Anti Racun
PENANGANAN: Seorang warga mendapat penanganan medis pertama pascadigigit ular berbisa. (foto: IST)

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Indonesia seakan ‘diteror’ oleh ular berbisa. Beberapa waktu lalu, banyak orang yang menjadi korban, termasuk di Jawa Barat. Sayangnya sejauh ini belum semua jenis ular berbisa ditemukan penawar atau anti racunnya.

Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi, dr. Tri Maharani mengatakan,
ada 76 jenis ular di Indonesia yang berbisa. Dari jumlah itu hanya satu anti venom (anti racun) aktif ular yang dapat digunakan sebagai penawar tiga jenis ular berbisa.

Ia menjelaskan, jenis ular berbisa pertama yang berpotensi menyebabkan kematian di Indonesia, yakni king cobra. Hal tersebut berdasarkan data korban dari tujuh tahun terakhir di Indonesia.

“Lebih dari 50 orang yang jadi korban akibat gigitan ular ini dalam tujuh tahun terakhir,” ujar Tri di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Minggu (21/7/2019).

Tri mengatakan, bisa ular yang marak di Pulau Jawa antara lain berjenis neurotoksin, hematotoksin dan nekrotoksin. Efek yang akan terasa ketika terkena gigitan ular berbisa yakni pembengkakkan dan rasa nyeri.

“Setelah rasa nyeri, mulai sesak nafas tapi hematotoksin kalau pembengkakan sama mulai terjadi ada kayak bulir-bulir yang isinya cairan-cairan,”jelasnya.

Tri berharap, pemerintah dapat memberi alat untuk penanganan pertama bagi para pekerja yang lokasi kerjanya rentan terkena gigitan ular. Kemudian pemerintah juga bisa memproduksi anti racun aktif ular. Sebab masih ada 68 jenis ular berbisa di Indonesia yang belum memiliki obat tersebut.

“Kemudian edukasi kepada masyarakat haru ditingkatkan kembali, seperti dibuatkan film-film edukasi bisa dalam bentuk visual,”ucapnya.

Ditempat yang sama, Pembina Yayasan Sioux Regional Jawa Barat, Herlina Agustin mengatakan, penanganan gigitan ular di Indonesia masih dipengaruhi mitos atau kepercayaan masyarakat. Sehingga banyak masyarakat saat terkena gigitan ular diobati ke paranormal dibanding ke dokter.

“Pergi ke (dukun) atau ke pengobatan alternatif justru dapat mengakibatkan luka itu menjadi semakin parah,” ujar Herlina.

Herlina berharap, pemerintah ataupun kementrian kesehatan dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk edukasi ataupun penyediaan anti racun aktif ular berdasarkan masing-masing gigitan jenis ular berbisa.

“Kami minta ke Kementerian Kesehatan untuk perangkat menyediakan edukasi dan tersedianya anti racun aktif ular,”pungkasnya.

(azs)


Terkait Kota Bandung
location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.