News

700 Atlet Berebut Tiket ke Kudus

Radar Bandung - 29/07/2019, 13:11 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi
KOMPETISI: PB Djarum siap mencari bibit atlet untuk Indonesia dimasa mendatang melalui Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019. Foto : ( Nida Khairiyyah/Radar Bandung )

RADARBANDUNG.ID, BANDUNG – Audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 kembali di gelar, tahun ini ada lima kota yang dijadikan pusat pencarian bakat bibit atlet diantaranya Kota Bandung (28-30 Juli), Purwokerto (8-10 September), Surabaya (20-22 Oktober), Solo Raya (27-29 Oktober), Kudus (17-19 November), dan Final di Kudus (20-22 November).

Jika tahun sebelumnya ada tiga kategori usia yang dipertandingkan kini hanya dua saja, yakni U-11 dan U-13. Menurut Program Manager Bakti Olahraga Djarum Foundation, Budi Darmawan menjelaskan, tahun ini hanya di lima kota dan hanya di pulau Jawa karena melihat kebutuhan pelatih dan pencari bakat agar bisa lebih fokus.

“Kalau kebanyakan titiknya jadwal pelatihan di untuk para atlet nanti akan berantakan, kami pun mencoba beberapa metode baru dalam proses pencarian bakat kali ini,” ujar Budi kepada wartawan di Gor KONI Bandung, Sabtu (27/7/2019).

Ada lebih dari 700 atlet yang sudah mendaftarkan ulang dirinya untuk audisi, tak hanya dari wilayah di Jawa Barat saja melainkan ada atlet dari 13 provinsi lainnya yang turut hadir di Kota Bandung.

“Jadi audisi kali ini untuk hari pertama di khususkan untuk screening sekaligus melihat kempuan dasar para atlet, hari kedua baru mulai kompetisi dan terakhir baru proses seleksi di final siapa yang akan berangkat ke final di Kudus,” imbuhnya.

Manajer Tim PB Djarum, Fung Permadi menambahkan, selain bakat istimewa dan teknik dasar yang mumpuni akan dilihat karakter juara dari atlet untuk menjadi salah satu acuan para pencari bakat PB Djarum agar diberikan super tiket.

“Kalau dari segi fisik kita ingin mencari yang gesit,” tambah Fung.

Melalui tahap screening, tahapan seleksi sudah dilakukan secara langsung oleh tim pencari bakat dengan mempertandingkan peserta melalui kategori usia.

“Jawa Barat itu banyak sekali potensi melahirkan atlet berprestasi, gak heran antusiasme dan gairah masyarakat terhadap bulutangkis gak Padam,” imbuhnya.

Disinggung perihal pengurangan usia yang dicari oleh PB Djarum saat ini, Fung menyebut, semakin dini atlet dilatih akan semakin matang nantinya saat menginjak usia 17 tahun.

“Butuh waktu lama untuk menciptakan atlet skala kelas dunia, kalau dari usia di bawah 11 tahun sudah dilatih maka ketika menginjak usia 17 tahun dia sudah bisa bertanding untuk kelas profesional,” imbuhnya.

Setiap atlet berusia dini diakui Fung ada metode khusus dalam program latihannya, bahkan setiap atlet ada metode tersendiri dalam proses pengajarannya.

“Masih kecil itu akan tercampur emosinya yang ingin bermain dan bete, jadi treatment yang diajarkan pun per orang akan berbeda-beda,” jelasnya.

Ketua Tim Pencari Bakat, Christian Hadinata menambahkan, dalam mengasah bakat sedini mungkin akan membuka kesempatan kepada atlet berusia lebih muda untuk bergabung ke dalam pelatnas.

Maka audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 dibagi dengan sistem kompetisi gugur.

“Masalah dikita itu kurangnya atlet perempuan untuk tunggal putri maupun ganda campuran, sangat dimaklumi karena setiap olahraga selalu identik dengan lelaki,” ujarnya.

Sehingga, lanjut Christian, melalui proses audisi kali ini akan melahirkan atlet perempuan yang mampu bersaing jumlahnya dengan laki-laki.

“Kalau ditanya jumlah atlet yang ingin dibina oleh PB Djarum tentu saja sebanyak-banyaknya, tapi apakah akan efisiensi? Kan kita juga harus melihat jumlah kebutuhan dari per generasi seperti apa, agar setiap atlet yang lahir dari PB Djarum benar-benar memiliki potensial,” tutupnya.

(nda)