RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hanya cukup membiayai 10 persen pembangunan di Indonesia. Maka, sesuai penerapan teori Pentahelix, dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya pengusaha.
Saat itulah kehadiran startup alias perusahaan rintisan dalam pembangunan menjadi penting. Startup yang tumbuh bersama inovasi dan digitalisasi itu diharapkan bisa mengatasi permasalahan ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan, terutama di Jawa Barat.
Emil sapaan Ridwan Kamil berujar, di masa kepemimpinannya, Pemerintah Provinsi Jabar memfokuskan pembangunan di desa.
“Saya ajak mereka (startup) turut menyelesaikan permasalahan,” kata Emil, kemarin.
“(Pembangunan) Jabar (wilayah) tengah ke utara maju, tapi (wilayah) Jabar tengah dan selatan tertinggal baik infrastrukturnya, akses, dan lainnya,” tambahnya.
Emil pun berharap besar startup bisa membantu masyarakat di desa yang masih belum mengerti bagaimana menyiasati perubahan zaman. Untuk itu, startup pun harus menghadirkan sebuah gagasan, inovasi dan digitalisasi yang mampu merangkul semua kalangan atau bersifat inklusi.
“Apa yang terjadi, anak-anak Jabar yang tertinggal di desa banyak pindah ke kota. Yang tertinggal di desa hanyalah generasi orang tuanya,” tutur Emil.
“Jadi, mimpi besarnya adalah digital inklusif. Di mana, bisakah Anda yang semangat membuat startup ini (bisa) membantu,” pungkasnya.