RADARBADUNG.ID, BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat menggelar Riksa Budaya, Kamis (14/11/2019), di Kampung Budaya Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.
Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik yang didampingi oleh Kabid Kebudayaan, Febiyani menyampaikan, Riksa Budaya Jawa Barat kali ini mengangkat nilai budaya bertema ‘Someah’.
“Sebuah nilai budaya yang hidup dan telah menjadi ciri sikap budaya masyarakat jawa barat, event ini sekaligus merupakan deklarasi ‘Jabar Someah’ dimana warga jabar dimulai dari kabupaten bogor sepakat akan membangkitkan kembali nilai budaya someah sebagai sebuah sikap budaya yang melekat menjadi identitas masyarakat Jawa Barat,” bebernya dalam berita yang diterima Radar Bandung, Rabu (13/11/2019).
Adapun rangkaian kegiatan kali ini diantaranya, talk shows someah yang dikemas dalam wayang golek interaktif, penampilan kemasan seni tradisi seperti longser milenial, tanjidor, topeng blantek, gondang, reog, jaipong, rampak kendang dan banyak lagi.
Di samping itu, akan digelar pula barongsay, kaulinan urang lembur, dan berbagai games interaktif.
“Event ini digelar dengan tujuan untuk menguatkan kembali nilai-nilai budaya yang menjadi karakteristik pribadi masyarakat jawa barat,” tuturnya.
Event ini diharapkan mampu menjadi media yang menyentuh setiap pribadi masyarakat jawa barat untuk mampu menyadari dan menguatkan kembali nilai budaya yang direpresentasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh Dedi menegaskan bahwa someah merupakan sebuah sikap budaya yang akan menjadi kekuatan nilai budaya jawa barat. tagline pariwisata jawa barat yaitu ‘Smiling West Java’ merupakan representasi dari nilai budaya someah yang merupakan salah satu kekuatan bagi pariwisata jawa barat.
“Pariwisata merupakan sektor yang mengutamakan pelayanan yang tentunya berakar pada keramahan atau hospitality. nilai budaya dan perilaku budaya someah menjadi kekuatan konsep pelayanan kepariwisataan jawa barat,” imbuhnya.
Sedangkan Aat Suratin, seorang budayawan jawa barat yang turut menggagas event ini menjelaskan bahwa telah berkembangsebuah ‘kesadaran kolektif’ terhadap mulai pudarnya tanda-tanda peradaban sebuah kaum.
Oleh karena itu setiap aspek perubahan sosial harus menyesuaikan dengan pengaruh yang timbul disertai upaya untuk mempertahankan nilai budaya dengan memahami nilai-nilai kearifan lokal. Penyelenggaraan peristiwa budaya dapat menjadi semacam check point perkembangan laku budaya masyarakat Jawa Barat.
“Event ini juga menggelar tarian kreasi khusus karya seniman lokal yaitu “Utamana Jalma Kudu Rea Batur” dan tarian “Pupuh Pucung” sebagai kreasi yang menyuarakan keindahan kebersamaan yang didasari oleh nilai dan laku budaya yang someah,” pungkasnya.
(nda)