RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Seniman asal Bali, Putu Bonuz Sudiana menggelar pameran tunggal bertajuk ‘Sama Sisi’ di Orbital Dago, Kota Bandung. Melalui karyanya, Ia mencoba menghadirkan gambar abstrak penuh presisi dengan pesan kehidupan yang seimbang.
Pengunjung disuguhi karya goresan kuas yang meliuk-liuk dan garis-garis lurus yang tegas, belobor cat yang tebal-tipis kadang menumpuk dan menyebar sekitar bidang kanvasnya.
Bonuz cenderung mengandalkan spontanitas. Ia hampir tidak pernah memikirkan terlebih dahulu hendak melukis apa. Segalanya terjadi pada momen pelukisan, tanpa persiapan. Bonuz bahkan menyukai melukis sembari ngobrol atau mendengarkan obrolan. Itu semua semata-mata supaya dia bisa mengalihkan pikiran dari proses melukis.
“Pikiran ada di obrolan, perasaan dan tangan terfokus di lukisan. Kalau banyak pertimbangan pikiran ketika melukis, misalnya soal warna atau komposisi, lukisan itu jadi kaku. Karena saya melukis abstrak, memulai dan mengakhiri proses melukis lebih ditentukan oleh keputusan hati,” ungkap Bonuz.
“Kanvas bagi saya menjadi batas dalam mengeksplor ide yang sedang meluap-luap dan dinamis,” sambungnya.
Pada catatan kuratorial, Bonuz menampilkan lukisan-lukisan yang berukuran kecil dan sedang, diatas kanvas-kanvas persegi panjang yang ukuran sisinya sama. Hal ini menunjukkan pencariannya kepada nilai-nilai keseimbangan yang ingin dia sampaikan.
Menurutnya, ia perlu menyeimbangkan antara kehidupan religi dan kesenimanan. Ia banyak melakukan berbagai kewajiban lingkungan adatnya. Tetapi posisi yang paradoks itu tidak menjadi halangan baginya, bahkan memberikan nilai-nilai yang menarik ketika ia berkarya.
Bonuz memberikan nilai-nilai yang menarik pada karyanya dalam konteks perkembangan seni lukis abstrak di Bali khususnya, dan Indonesia umumnya. Lewat lukisan, Bonuz memperlihatkan nilai-nilai budaya dan religi yang telah merasuk ke dalam wilayah praktik seni rupa yang beriringan dengan perkembangan seni lukis abstrak di era 1970-an dan 1980-an.