RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ditemani Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum saat melakukan kunjungan ke pesantren di Tasikmalaya. Meski berbau politis, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menanggapinya dengan santai.
Diketahui, Anies Baswedan mendatangi Pondok Pesantren (Ponpes) Cipasung dan Ponpes Miftahul Huda pada Sabtu (1/2/2020). Dalam acara tersebut ia memberikan bingkisan kepada pengurus pesantrean berupa berupa sarung dan madu Arab.
Uu sendiri diminta datang karena pamannya merupakan salah satu pennaggungjawab pesantren. Hanya saja, ia memilih untuk tidak menjelaskan secara detil pembahasan dalam agenda pertemuan itu.
“Konteks obrolannya tentang Ponpes, sejarah berdirinya pesantren, organisasi yang sudah punya 1800 cabang lembaga dengan santri jutaan di Miftahul Huda,” ucap dia.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia menyatakan kunjungan Anies Baswedan ke Jawa Barat diduga untuk kepentingan politik untuk tahun 2024. Salah satunya, berupaya mengenalkan diri kepada masyarakat Jabar..
Semasa masih menjabat, akses itu ia gunakan untuk memupuk popularitas di luar DKI Jakarta. Keberadaan Uu selain mewakili pemerintah provinsi Jabar, sosoknya harus diakui memiliki akses lebih ke kalangan pesantren dibandingkan Ridwan Kamil.
“Sebagai pejabat publik yang populer, ada kemungkinan Anies dalam rangka menjalin silaturahim politis untuk 2024. Karena kunjungannya tidak ditujukan ke pemerintah, melainkan ke pesantren, sipil. Jadi, memang ada upaya untuk mengenalkan diri di Jawa Barat,” ucap dia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menanggapi hal itu dengan santai. Baginya, pendampingan Uu tidak lebih dari tuan rumah menerima tamu. “Jadi kalau ada tamu ya wajar menyambut sebagai tuan rumah,” katanya di Bandung, Jumat (7/2/2020).
Ia meminta pertemuan itu tidak ditafsirkan macam-macam, apalagi dihubungkan dengan kepentingan Pilpres 2024 yang masih jauh. Apalagi, peta politik nasional dalam kontestasi semacam Pilpres tidak akan bisa diprediksi. Ia mencontohkan keberadaan Maruf Amin yang dipilih oleh Joko Widodo.
“Kalau politik kan membuka komunikasi, nanti siapa bagaimana suka ada kejutan-kejutan di akhir proses. Politik itu bukan matematika tidak bisa dihitung jauh-jauh hari. Tapi kalau komunikasi itu harus dibangun saya kira itu baik,” pungkas dia. (cr4/b)