News

Chaseiro All Stars Regenerasi Kelompok Musik Lawas

Radar Bandung - 14/02/2020, 22:08 WIB
Chaseiro All Stars menjadi generasi penerus grup musik Chaseiro yang eksis dipertengahan tahun 80-an ini eksis dengan genre musik jazz. (ist)

BERANGGOTAKAN enam musisi muda Indonesia, Chaseiro All Stars menjadi generasi penerus grup musik Chaseiro. Grup band yang eksis dipertengahan tahun 80-an ini eksis dengan genre musik jazz yang mereka usung. Kehadiran generasi muda menjadi penyegar dari musik-musik jazz yang selama ini melekat pada mereka.

Kini Chaseiro All Stars melanjutkan tongkat estafet kepada generasi yang lebih muda. Chaseiro All Stars beranggotakan Adikara Fardy (vokal), Vadie Akbar (vokal), Rafi Sudirman (saksofon, vokal), Albert Fakdawer (vokal), Kafin Sultan (vokal, keyboard), dan Rega Dauna (harmonik). Sebelumnya, musisi Ardhito Pramono sempat mengisi barisan grup musik anyar ini.

Candra Darusman mengungkapkan proyek Chaseiro All Stars merupakan salah satu cara meremajakan musik mereka. Sekaligus, membawakan tembang-tembang yang mengandung lirik persatuan. “Para musisi muda ini juga diharapkan bisa berinovasi dan berkreasi dengan lagu-lagu Chaseiro,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis  (13/02).

Grup musik yang hit dengan single ‘Pemuda’ ini hadir dengan muka baru setelah tiga dekade eksis diindustri musik Indonesia.

Ia menambahkan, para personil Chaseiro All Stars dipilih langsung oleh ketujuh personil Chaseiro. Mengawali 2020, Chaseiro All Stars merilis single berjudul Matahari Di Hati, bersama label musik Musica Studio’s. Lagu lawas milik Chaseiro ini diproduksi langsung oleh sang empunya.

Kendati lagu lama, Matahari Di Hati versi Chaseiro All Stars hadir dengan warna musik yang segar. Musik pada lagunya terdengar lebih up-beat sehingga menyegarkan pendengar musik baru.

Pada video klip musik, beberapa anggota terlihat mahir bermain alat musik. Disutradarai Urwatul Wutsqo, para personil diarahkan untuk menunjukkan kemampuannya diluar bernyanyi. Seperti Rega Dauna dengan harmonika, Rafi saksofon, dan Kafin yang ulet menekan tuts piano.

“Lagu ini memotivasi pendengar agar selalu hidup dalam mencari kebahagiaan hidup. Soalnya, suka dan duka akan datang dan pergi,” kata Albert Fakdawer. (fid/b)