RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Gaya hidup dengan industri prodak berlabel halal menjadi bisnis perbankan baru yang menjanjikan di pasar global. Berbagai negara saat ini berlomba-lomba membangun fasilitas demi mengembangkan peluang tersebut.
Di Indonesia, industri halal menjadi sektor prioritas yang dikembangkan pemerintah melalui masterplan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) 2019. Pengembangan ekosistem halal berkaitan erat dengan besarnya potensi. Berdasarkan laporan Global Islamic Economy, Indonesia merepresentasikan pasar industri halal terbesar di dunia dengan nilai spending USD 218,8 miliar pada 2017.
Menurut Ketua Prodi Ekonomi Islam, Universitas Padjadjaran, Cupian, ekosistem halal di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Namun sayang, industri keuangan syariah dan industri halal masih berjalan masing-masing (belum terintegrasi), sehingga belum memiliki kontribusi terhadap pendapatan negara.
“Perbankan syariah belum optimal menggarap peluang penyaluran pembiayaan ke industri halal, termasuk para pelaku usaha berbasis syariah yang bergerak di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),” ucap Cupian usai kegiatan Sawala Bincang Bersama Media Jawa Barat bertema Mendorong Ekosistem Halal Melalui Perbankan Syariah di Savoy Homann Bidakara, Kota Bandung, Kamis (13/2).
Sementara itu, Direktur Utama Bank BJB Syariah, Indra Falatehan menjelaskan, industri keuangan syariah yang dikembangkan dalam bentuk perbankan syariah, asuransi dan bentuk-bentuk layanan keuangan syariah non-bank lainnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri jasa keuangan syariah dengan volume usaha dan kekuatan permodalan kecil, memiliki keterbatasan untuk meningkatkan daya saing dalam bentuk berinvestasi pada teknologi dan memiliki SDM terbaik.
“Termasuk dalam kondisi persaingan yang ketat dengan dominasi sistem keuangan konvensional yang sudah mapan,” ujarnya.
Sejauh ini, kata Indra, BJB Syariah bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka mendorong ekosistem halal, diantaranya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadan Haji (BPS-BPIH) serta Kementerian Pariwisata.
Dalam kesempatan yang sama, Pemimpin Divisi Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bank BJB Syariah, Asep Syarifudin menambahkan, pihaknya memiliki strategi untuk pengembangan industri halal, salah satunya inovasi produk, mempermudah akses produk dan layanan, serta meningkatkan promosi dan literasi industri halal.
“Kami akui banyak tantangan yang dihadapi untuk memperkuat ekosistem halal. Penguatan literasi, sinergi dan kolaborasi yang dilakukan dengan berbagai pihak diharapkan akan memperkuat keuangan syariah,” tutupnya.
Kepala Bagian Pengawasan Nonbank OJK Kantor Regional 2 Jawa Barat, Noviyanto Utomo mengungkapkan, potensi keuangan syariah dan pengembangan produk halal di Jabar sangat besar. Hal itu terlihat dari banyaknya penduduk yang mayoritas beragama muslim.
“Banyak yang bisa dikembangkan, ada fashion, kuliner atau kosmetik. Tapi itu semua harus dibarengi dengan komitmen dan antar pemangku kepentingan untuk menciptakan industri keuangan syariah yang stabil, kontributif dan inklusif,” pungkasnya.
(arh)