RADARBANDUNG.id- KONTEN media sosial ternyata masuk ke dalam urutan teratas faktor terbesar pemicu depresi di kalangan anak usia remaja, SMP dan SMA.
Faktor prestasi dan bullying masing-masing berada di urutan bawahnya, berdasar hasil penelitian terhadap 1.387 remaja usia SMP dan SMA pada 2016.
“30 persen punya potensi depresi. Sedangkan 19,8 persen berisiko punya ide untuk bunuh diri,” kata Psikiater Nova Riyanti Yusuf.
Baca Juga:
Ini Bahayanya Jika Anak Bermain Gadget Lebih dari 2 Jam Sehari
Ini Alasan Mengapa Susu juga Penting untuk Anak Muda
Tak di situ saja, psikiater yang juga penulis dan mantan Anggota DPR 2014-2019 itu pernah kembali melakukan penelitian serupa pada 2018 terhadap 980 responden.
Hasilnya angka depresi tetap tinggi. Namun dengan tingkat keinginan bunuh diri yang relatif menurun dari angka 2016.
Senang Mendesain Pakaian, Wika Salim Tertarik Bergelut di Industri Fashion
“Hasilnya 68 persen berisiko depresi dan 13,8 persen punya ide bunuh diri,” katanya.
Karena itu, ia berpesan kepada orang tua agar bisa cepat tanggap melihat gejala depresi pada anak guna mengantisipasi perilaku yang tidak wajar.
Setidaknya ada beberapa indikator depresi pada remaja. Ungkapnya, pertama, perolehan nilai sekolah yang tiba-tiba jeblok.
Kedua, remaja yang dilanda depresi juga kerap melupakan hobinya dan cenderung lebih menutup diri. Ketiga, tiba-tiba meninggalkan makanan favorit. Keempat, berubah menjadi emosional.
Jika gejala itu terlihat, segera berkonsultasi kepada dokter sebelum terlambat dan kasusnya semakin berat.
“Saya pernah menangani kasus kondisi sudah berat, pasien mulai berhalusinasi dapat bisikan untuk menyakiti diri hingga bunuh diri,” katanya.
Nova juga mengusulkan agar di sekolah ada buku penilaian tentang kesehatan psikis anak.
Jadi semua kalangan ikut mengawasi faktor kekurangan dan kelebihan anak,” tandasnya.
(ant/jpn/radarbandung.id)