Oleh: Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser
HARTA akan mengangkat derajat seorang muslim atau malah sebaliknya akan menjerumuskannya ke dalam api neraka.
Seorang muslim haruslah senantiasa mengkonsumsi sesuatu yang pasti membawa manfaat dan sehat bagi dirinya, sehingga jauh dari kesia-siaan.
Kesia-siaan adalah kemubadziran dan kemubadziran dilarang dalam Islam. Seperti termaktub dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” ( QS. Al Isra, 17:27 )
Seyogianya, kita berbelanja menyesuaikan dengan kebutuhan, bukan dengan keinginan. Terlebih saat bulan Ramadan.
Ramadan merupakan momen yang tepat bagi kita untuk menahan diri. Tidak hanya menahan lapar dan haus, namun juga menahan hawa nafsu. Termasuk nafsu dalam membelanjakan harta.
Seringkali kita berlaku boros, baik disadari atau tidak. Mungkin bagi kita pemborosan itu adalah hal biasa, namun tidak di mata Allah SWT. Semua hal akan dimintai pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT. Karena itu, sifat boros harus dihindari oleh setiap muslim.
Jika kita membelanjakan harta untuk jalan kebaikan, maka itu bukanlah boros. Berbeda halnya jika membelanjakan harta untuk hal yang sia-sia apalagi yang haram, walau itu sedikit tetap disebut boros.
Boros berarti membuang-buang harta, menginfakkan harta demi kesenangan saja, bukan pada jalan yang benar. Atau membelanjakan harta secara berlebih-lebihan hingga habis tanpa tersisa.
Perilaku boros merupakan salah satu tipu daya setan, yang membuat harta tidak akan mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru akan menjerumuskan dan membelenggu kita di akhirat kelak.
Contohnya, seseorang membeli makanan dan minuman dalam jumlah banyak setiap hari. Padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut, apalagi ditambah dengan berutang. Atau mengumpulkan barang-barang yang tidak dibutuhkan, misalnya orang membeli mobil baru, padahal mobil lama masih bagus dan masih bisa digunakan.
Sebaliknya pula, Islam melarang kita berlaku kikir, atau terlalu menahan-nahan harta yang dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka. Seperti disampaikan dalam Al Qur’an:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan ( harta ), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqon, 25:67 ).
Kita bisa mengambil hikmah, dari pandemi virus corona yang tengah kita hadapi saat ini. Kita diperingatlan, untuk keluar rumah hanya dalam keadaan mendesak saja.
Corona juga mengingatkan kita untuk menyisihkan sebagian harta, bagi saudara-saudara kita yang kehilangan penghasilan.
Marilah kita manfaatkan harta kita, untuk kemaslahatan umat. Tunaikan zakat, infaq dan shodaqoh bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Apa yang kita keluarkan dan ikhtiarkan, senantiasa akan berganti dengan sesuatu yang lebih baik. Itu semua adalah tanda-tanda anugerah dari-Nya.
Oleh karena itu, janganlah kita berat tangan dari melakukan amal shalih selama di dunia ini. Yakinlah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti tidak akan menyia-nyiakan itu semua. Wallahu a’lam bisshawab.
(*)