News

New Normal Jangan Me-New-Sahkan Telur Pe-New

Radar Bandung - 31/05/2020, 22:19 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Sujiwo Tejo (Jawa Pos)

MENTERI Komunikasi Rimba Raya Kancil menjelaskan perihal era New Normal. Makhluk yang banyak belajar dari manusia saat dahulu ditahan di perkampungan budaya gegara nyolong timun itu mengawali pidatonya dengan maaf lahir dan batin.

Baca Juga: Pasien Positif Covid-19 di Jabar Ada di 267 Desa dan Kelurahan, 54 Desa Kritis! Gugus Tugas Lakukan Ini

’’Maaf lahir-batin juga, Brooooo …”

Semua hormat merespons kancil. Maklum, gajah, banteng, siamang, tengu, dan lain-lain hingga undur-undur merasa berutang rasa kepadanya. Kancillah yang dahulu memprakarsai gerakan pemberantasan buta huruf seisi rimba berlandas huruf-huruf yang dicolongnya saat disandera warga.

Baca Juga: Kemenag Susun Protokol Kesehatan Pesantren untuk Lindungi Santri

Pasangan Raja-Ratu Singa Sastro-Jendro mengisyaratkan agar kancil melanjutkan pidatonya.

’’Baiklah. Jadi, soal New Normal itu begini. Dalam suasana Normal, kita saling memaafkan. Hiena dan macan saling memaafkan. Semua sudah tahu, tapi mungkin undur-undur belum mahfum, hiena itu mengais sisa-sisa makanan macan. Tapi, ada oknum macan yang kalau makan rusa ludes tak bersisa. Menghina hiena. Sebaliknya, ada macan yang belum selesai menyantap kijang, belum membuat sisa proyek, oknum-oknum hiena sudah datang mengeroyok minta bagian. Padahal, jatah mereka bancakan sisa proyek. Nah, di zaman normal, hiena dan macan mutualan memaafkan. Nol-Nol.”

Baca Juga: Ya Ampun, Kasus Baru Covid-19 Tambah 700, Total 26.473 Orang Positif

’’Oknum disebut itu hiena-hiena mengapa?” undur-undur protes dengan gaya bahasa yang, seperti biasa, harus kita dengar mundur-mundur menjadi ’mengapa hiena-hiena itu disebut oknum?’.

Maksud makhluk yang tak bisa menyanyi Maju Tak Gentar itu, lebih baik mereka disebut ’anggota’ daripada disebut ’oknum’. Agar kelompoknya tak bisa ngeles dari rasa bertanggung jawab. Kelompok itu tak bisa lain mesti terus-menerus membina para anggotanya.