Risiko Kecelakaan di Jalan Raya Cukup Tinggi, Yuk Bersepeda dengan Aman!
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Animo bersepeda di Kota Bandung setiap hari semakin bertambah. Masyarakat ramai-ramai menggowes mengitari jalanan sampai ke tengah kota.
Baca Juga: Sepeda Kena Pajak? Ini Kata Dirjen Hubdar, Sebut Bandung Juga
Tidak jarang mereka sampai melakukan touring sepeda sampai ke kawasan Dago Atas.
Rupanya keramaian bersepeda ini masih kurang dibarengi kesadaran pesepeda dalam berlalu lintas. Disinyalir masih cukup banyak pesepeda yang tak mengindahkan aturan berlalu lintas di jalan raya. Padahal resiko kecelakaan sangat tinggi terjadi di jalan raya.
Baca Juga: Sedang Tren Gowes, Hindari juga Bahaya Bersepeda Saat Pandemi
Diikuti ratusan pesepeda yang tergabung dalam berbagai komunitas di Kota Bandung, kegiatan ‘Edukasi Ketertiban dan Keselamatan Bersepeda’ digelar.
Berlangsung di Taman Cikapayang Dago, para anggota tampak mengampanyekan pentingnya bersepeda yang aman dengan tetap memerhatikan rambu-rambu lalu lintas.
Baca Juga: Warga Kota Bandung Kini Gemar Bersepeda, Yana Mulyana Minta Mal dan Perkantoran Siapkan Ini
Puluhan orang bahkan turun ke jalan sambil membawa spanduk dan banner bertuliskan imbauan ‘Stop!!! Pesepeda Menerobos Lampu Lalu Lintas’.
Sambil dijaga ketat pihak Kepolisian, mereka juga menyerukan suara menggunakan pengeras suara, “harap berhati-hati yang bersepeda. Ikuti rambu-rambu lalu lintas, langsung ambil jalur sebelah kiri untuk yang mau ke arah Dago atas,” ujar salah seorang petugas.
Salah seorang peserta kampanye, Windu Mulyana mengatakan ini cara mereka dalam menyosialisasikan rambu-rambu lalu lintas kepada pesepeda. Untuk menarik perhatian pesepeda, mereka bahkan melakukan aksi theatrikal dihadapan pengendara.
Baca Juga: Rencana Dibuka Lagi 26 Juni, Tahura Dago Kini jadi Trek Favorit Para Pesepeda
Windu menerangkan, alasan mereka menggelar kegiatan ini berawal dari rasa kekhawatiran akan keselamatan pesepeda. Selama hampir satu bulan lebih, euforia bersepeda memang sedang tinggi. Tapi, kata Windu, mereka kerap mengabaikan peraturan lalu lintas, seperti menerobos lampu merah dan tidak berhenti di belakang garis putih.
“Banyak menganggap pesepeda itu tidak perlu ikut peraturan lalu lintas karena mungkin anggapannya aturan lalin (lalu lintas) hanya berlaku untuk kendaraan bermotor. Paling terlihat jelas adalah menerobos lampu merah, tidak berhenti di garis putih, bergerombol pada saat di jalan melebihi dua banjar sehingga lajur kendaraan terpakai semua dan menganggu akses kendaraan lain,” kata Windu yang tergabung pada komunitas Ecotransport Indonesia di Taman Cikapayang Dago, Jalan Ir H Djuanda, Minggu (5/7).
Baca Juga: Pemkot Bandung dan Pegiat Sepeda Bakal Garap Trek MTB
Melalui kampanye ini, Windu dan kawan-kawan juga mengajak pesepeda lain untuk memanfaatkan fasilitas lajur bersepeda yang sudah disediakan Pemkot Bandung.
Ini untuk memperlihatkan kalau bersepeda tidak cuma tren sesaat yang akan hilang begitu pandemi Covid-19 selesai. Bahkan, bukan tidak mungkin, sepeda ini bisa jadi moda transportasi pilihan masyarakat saat beraktivitas.
“Sebaiknya gunakan lajur itu sesering mungkin karena akan memperlihatkan ke masyarakat kalau pesepeda ada tidak hanya di hari Sabtu-Minggu saja. Jadi, kalau bisa sepeda dijadikan moda transportasi yang ikut membantu kondisi di kota ini,” terangnya.