Lusa, Obat Covid-19 Indonesia Dipresentasikan di BPOM
RADARBANDUNG.id- OBAT kombinasi baru Covid-19 Indonesia hasil penelitian Universitas Airlangga (Unair) tengah menunggu izin produksi dan izin edar dari BPOM.
Untuk memuluskannya, lusa (19/8) tim dari Unair akan mempresentasikan hasil uji klinis obat tersebut.
Unair tunggu panggilan BPOM dan BIN untuk presentasi hasil uji klinis
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menuturkan, saat ini pihaknya menunggu panggilan BPOM dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk presentasi.
“Rabu (19/8) ada pertemuan dengan BPOM. Kami akan bisa menjelaskan secara gamblang dan klir tentang hasil uji klinisnya. Sebab, banyak yang berbeda pandangan,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (16/8).
Dalam pertemuan itu, Unair juga diajak mendiskusikan secara teknis berkaitan dengan bahan yang digunakan untuk kombinasi obat covid-19 di Kimia Farma dan Lembaga Biologi Vaksinasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat.
“Jika izin edarnya keluar, diharapkan produksinya juga lancar,” ujarnya.
3 kombinasi obat covid-19 diuji klinis ke 1.100-an subjek
Sebagaimana diberitakan, tiga kombinasi obat covid-19 yang diuji klinis itu lopinavir/ritonavir dengan azithromycin, lopinavir/ritonavir dengan doxycycline, serta hydroxychloroquine dengan azithromycin.
Nasih menjelaskan, tiga kombinasi obat covid-19 itu diujikan ke 1.100-an subjek. Sebanyak 754 subjek di antaranya memenuhi persyaratan inklusivitas.
Uji klinis sempat dilakukan di Secapa AD
Uji klinis tak hanya dilakukan di kalangan TNI-AD, tetapi juga di 13 multicenter study.
Ada di RS Universitas Airlangga (RSUA), Lamongan, Kediri, Bandung, Jakarta, dan beberapa tempat lainnya.
“Di awal kami sudah menyiapkan 13 multicenter. Namun, di tengah jalan ada kasus di RS Dustira (klaster Secapa, Red). Kami dipanggil untuk menangani di sana. Jadi, kami manfaatkan sekaligus untuk uji klinis,” terang Nasih.
Meski di luar skenario awal, proses uji klinis tersebut sudah memenuhi persyaratan dan izin BPOM. Bahkan, BPOM juga melakukan inspeksi langsung di RS tersebut.
“Tidak ada temuan yang sifatnya merger,” tegas dia.
Unair hanya lakukan riset obat covid-19
Ketua Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair dr Purwati SpPD-KPTI FINASIM menyatakan, Unair hanya melakukan riset. Kemudian, hasil riset ditindaklanjuti untuk uji klinis.
“Uji klinis itu sudah memenuhi protokol yang di-review BPOM dan Komnas Penilai Obat. Juga sudah mendapat persetujuan pelaksanaan uji klinis Komisi Etik RSUA,” ujarnya.
Dalam uji klinis, kata Purwati, Unair mendapatkan subjek 754 orang dari 1.127 orang yang diperiksa.
“Tidak semua subjek memenuhi kriteria inklusivitas. Akhirnya hanya 754 orang,” jelasnya.
Jumlah tersebut melampaui target yang ditentukan BPOM. Yakni, 696 orang.
BIN dan TNI-AD bekerja sama dengan Kimia Farma lakukan produksi obat covid-19
Karena itu, setelah uji klinis tuntas, kini semua diserahkan kepada negara sebagai pemberi amanah tugas melakukan penelitian melalui BIN dan TNI-AD.
“BIN dan TNI-AD bekerja sama dengan Kimia Farma untuk produksi. Jadi, kami hanya diamanahi di tingkat riset hingga uji klinis,” kata dia.
Menurut Purwati, tim peneliti Unair mengumpulkan bahan riset sejak Januari. Saat itu Covid-19 muncul pertama di Wuhan, Tiongkok.
Baca Juga: Bye Bye Corona! Indonesia Punya Obat Covid-19 Sendiri, Pertama di Dunia
Kemudian, tim peneliti mulai mengarah pada obat Covid-19 sejak awal munculnya kasus pertama di Indonesia sekitar awal Maret. “Karena kami menggunakan isolate di Indonesia,” ujarnya.
Tim peneliti sebelumnya menemukan lima kombinasi obat yang dinilai efektif untuk mengobati pasien Covid-19.